Jombang, Memo –
Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kini tengah menghadapi bencana banjir yang meluas. Hingga Selasa, 10 Juni 2025, sedikitnya 14 desa di lima kecamatan telah terendam air, memaksa sebagian warga mengungsi dan mencari tempat yang lebih aman.
Kondisi terparah terjadi di Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung, di mana ketinggian air mencapai lebih dari 1,5 meter dengan arus yang cukup deras, membuat banyak rumah tidak bisa ditempati.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, menjelaskan bahwa banjir ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama dua hari terakhir. Curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa aliran sungai meluap hingga merendam permukiman warga.
Baca Juga: Dinsos Jombang Gandeng Veteran, Tanamkan Nilai Kepahlawanan kepada Ratusan Anak TK
“Banjir terparah berada di Desa Kademangan, Mojoagung, dengan ketinggian air sekitar 100 hingga 150 sentimeter. Saat ini air masih menggenangi jalan desa dan rumah-rumah warga,” ungkap Wiku pada Selasa, 10 Juni 2025.
BPBD Jombang merinci dampak banjir di setiap kecamatan:
Baca Juga: PBNU Kecam Aksi Ulama Muda Gus Elham Cium Anak-anak, Minta Aparat Tindak Tegas
Kecamatan Mojoagung: Selain Desa Kademangan yang paling parah, banjir juga merendam Desa Mojotrisno (10 cm), Desa Mancilan (15 cm), Desa Janti (20 cm), dan Desa Tejo (50-60 cm).
Kecamatan Mojowarno: Tercatat banjir di Desa Catakgayam (20 cm) dan Desa Selorejo (10 cm).
Kecamatan Sumobito: Air merendam Desa Jogoloyo (20-30 cm), Desa Palrejo (50 cm), dan Desa Balongsono (5-15 cm).
Kecamatan Kudu: Terdampak di Desa Tapen (5-10 cm) dan Desa Bakalanrayung (50 cm).
Kecamatan Kesamben: Desa Pojokkulon tergenang dengan ketinggian air 30-50 cm.
Wiku menambahkan, luapan sungai menjadi penyebab utama bencana ini. Luapan Sungai Gunting berdampak pada wilayah Mojoagung dan Sumobito, sementara Sungai Catakbanteng menyebabkan banjir di Mojowarno. Di Kesamben, banjir terjadi akibat limpasan saluran afvoer, dan di Kudu, pemicunya adalah meluapnya Sungai Marmoyo.
“Hujan dengan intensitas tinggi meningkatkan debit air sungai secara signifikan, yang akhirnya meluap ke jalan dan permukiman,” kata Wiku. Ia memastikan bahwa tim BPBD Jombang terus bekerja sama untuk memberikan bantuan kepada warga terdampak, termasuk penyaluran logistik.
Selain penanganan darurat, BPBD Jombang juga tengah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk mencari solusi jangka panjang.
“Tetap kita berkoordinasi dengan BBWS yang punya wilayah agar segera dilakukan normalisasi, sehingga luapan tidak terus terjadi di setiap tahun,” pungkas Wiku.
Harapannya, langkah normalisasi sungai dapat mencegah terulangnya bencana banjir tahunan yang selalu meresahkan warga Jombang. ( af )










