Example floating
Example floating
banner 728x250
Hukum-Kriminal

GRIB Jaya di Persimpangan, Desakan Pembubaran Menguat Usai Ucapan Kontroversial Hercules

Avatar
×

GRIB Jaya di Persimpangan, Desakan Pembubaran Menguat Usai Ucapan Kontroversial Hercules

Sebarkan artikel ini
GRIB Jaya di Persimpangan, Desakan Pembubaran Menguat Usai Ucapan Kontroversial Hercules
Example 468x60

Jakarta , Memo– Gelombang desakan pembubaran organisasi masyarakat (ormas) Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya kian santer terdengar dari berbagai elemen masyarakat. Sorotan tajam tertuju pada ketua umumnya, Hercules Rosario de Marshall, menyusul pernyataannya yang dianggap merendahkan purnawirawan jenderal dengan sebutan “bau tanah”.

Kontroversi ini memantik reaksi keras, termasuk ancaman terbuka dari mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Namun, Hercules tampak tak gentar, memicu pertanyaan publik mengenai kekuatan dan alasan di balik sulitnya pembubaran ormas yang kerapkali menunjukkan eksistensinya di ruang publik.

scrol ke bawah
Example 300x600
iklan banner

Pengusaha terkemuka Mardigu Wowiek Prasantyo angkat bicara mengenai fenomena ini. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya (@BosmanMardigu), pada Rabu (7/5/2025), ia mengungkapkan bahwa kekuatan GRIB Jaya sangat bergantung pada sosok karismatik Hercules, yang menurutnya memiliki latar belakang sebagai mantan preman yang pernah menjadi “alat operasi militer”.

“Hercules Rosario de Marshall pimpinan GRIB Jaya bukan sekadar ormas instruktur bayangan shadow structure yang hidup di tengah sistem demokrasi,” tulis Mardigu. Ia menambahkan, “Publik hanya lihat baju loreng dan spanduk, maka jangan heran kenapa GRIB Jaya bisa berkibar bebas bahkan mengancam menggeruduk Gedung Sate dengan puluhan ribu orang.”

Lebih lanjut, Mardigu menilai GRIB Jaya bukan sekadar kekuatan jalanan biasa, mencontohkan insiden pembakaran mobil polisi di Depok oleh anggota ormas tersebut tanpa adanya respons nasional yang signifikan. Ia menduga bahwa Hercules memegang “kode barter keamanan”, di mana selama ia mampu menjaga ketertiban tertentu dan membela pihak penguasa, maka ia akan mendapatkan perlindungan.

“Tapi, masyarakat harus tahu struktur liar seperti ini adalah bom waktu. Bukan pelindung rakyat tapi pelindung kekuasaan yang siap berbelok arah sesuai pesanan,” tegas Komisaris Utama Independen Bank BJB tersebut.

Baca Juga  Terungkap! Ketua Kadin Cilegon Dalam Pusaran Dugaan Pemerasan Proyek Triliun Rupiah

Mardigu juga membeberkan analisisnya mengapa GRIB Jaya tetap eksis dan sulit dibubarkan. Dalam konteks politik Indonesia, ia melihat ormas semacam ini kerap kali dijadikan “aset tak resmi” oleh pihak penguasa.

“Kalau hari ini kita diam, maka besok kita akan dijaga oleh kekuatan yang tidak bisa kita lawan, tidak bisa kita pilih dan tidak bisa kita percaya. Ini bukan konspirasi, ini realitas operasional,” ungkapnya.

Keberadaan ormas dengan kekuatan seperti GRIB Jaya, menurut Mardigu, juga berdampak negatif terhadap perekonomian nasional, terutama di tengah menurunnya daya beli masyarakat.

“Rakyat banyak pengangguran, perusahaan besar tidak ada yang berinvestasi di Indonesia karena semua sama. Isu premanisme yang mengganggu investasi sudah sampai pada tahap yang tidak bisa ditoleransikan lagi,” tulisnya, menyiratkan bahwa kondisi ini dapat mendorong investor untuk hengkang ke negara lain.

“Premanisme mengganggu kenyamanan berbisnis yang membuat pengangguran meningkat. Itu sebuah realita dalam 5 tahun ini dan semakin meningkat dalam 1 tahun terakhir,” imbuhnya, menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia yang disebutnya memasuki “masa gelap”.

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo melalui Penasihat Khusus Presiden Urusan Pertahanan Nasional Jenderal (Purn) TNI Dudung Abdurachman telah menyampaikan imbauan kepada seluruh ormas untuk tidak melakukan tindakan yang mengganggu, apalagi pemalakan.

“Tadi juga Bapak Presiden menyampaikan masalah ormas, yang tertib, yang kemudian tidak mengganggu, apalagi memalak, dan sebagainya. Presiden sudah menekankan seperti itu,” ujar Dudung usai sidang kabinet pada Senin (5/5/2025).

Dudung menambahkan bahwa ormas dapat berperan positif dalam memberikan masukan dan mendorong pembangunan, sehingga Presiden berharap adanya sinergi antara ormas dan pemerintah.

Namun, pandangan berbeda datang dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), M Hendropriyono. Ia justru memberikan dukungan kepada Hercules, terutama terkait pembelaannya terhadap Presiden Jokowi dalam isu polemik ijazah palsu. Hendropriyono bahkan menyebut Hercules sebagai “pahlawan” yang pernah berjasa bagi negara, merujuk pada keterlibatannya dalam operasi TNI di Timor Timur, di mana Hercules dipercaya memegang kunci senjata dan peluru.

Baca Juga  Arogan, Perusahaan Travel Pekanbaru Disegel: Pejabat Negara Geram, Diduga Tahan Ijazah Karyawan

“Dulu, dia (Hercules) waktu di Timor Timur sebelum Timor Leste, dia itu kita percaya pegang kunci senjata dan peluru, dia yang pegang, jadi saking kita percayanya,” ungkap Hendropriyono. Ia juga menegaskan bahwa Hercules bukanlah mantan teroris, melainkan mantan pahlawan yang patut dibina, bukan dihilangkan.

Kontradiksi pandangan dari berbagai tokoh ini semakin memperjelas kompleksitas persoalan di balik eksistensi GRIB Jaya. Desakan pembubaran dari masyarakat berhadapan dengan narasi “jasa” di masa lalu dan potensi “aset politik” di masa kini, menciptakan dilema bagi penegak hukum dan pemerintah dalam menyikapi keberadaan ormas yang semakin kontroversial ini. Masa depan GRIB Jaya dan respons pemerintah terhadap desakan publik akan menjadi perhatian utama dalam beberapa waktu ke depan.