BLITAR, memo.co.id
Sebuah proyek rehabilitasi saluran air di Jalan Madura, Kota Blitar, tengah menuai sorotan tajam. Proyek yang sejak awal berjalan tanpa papan nama dan tanpa kejelasan pelaksana ini disebut warga sebagai “proyek siluman” karena muncul tiba-tiba, mengganggu aktivitas warga, dan minim transparansi.
Pantauan memo.co.id di lapangan, tumpukan material proyek tampak menutupi sebagian badan jalan. Lalu lintas tersendat, dan beberapa pedapedagang di sekitar lokasi mengaku omset mereka anjlokena akses pembeli terganggu.
“Belum datang, Mas. Kami cuma disuruh kerja. Papan proyeknya belum tahu kapan dipasang,” ujar salah satu pekerja proyek sambil menolak disebut namanya.
Padahal, sesuai aturan, setiap proyek yang menggunakan uang negara wajib mencantumkan papan nama proyek berisi nama kegiatan, instansi pelaksana, sumber dana, nilai anggaran, dan waktu pelaksanaan. Ketika tim memo.co.id menelusuri area proyek, tak satu pun papan informasi ditemukan.
Baca Juga: Limbah Peternakan Sapi Cemari Sungai di Blitar Selatan, DPRD Desak Pemerintah Desa Lebih Peka
Ketiadaan papan proyek bukan sekadar kelalaian teknis, tapi juga bentuk pelanggaran prinsip transparansi publik. Warga pun mulai geram dan menuding pemerintah setempat abai terhadap aturan main yang mestinya ditegakkan.
“Saya biasanya lewat sini akhirnya harus memutar kalau mau berangkat kerja. Kemarin sempat ditutup beberapa hari, sekarang sudah dibuka tapi ya macet pol jadinya,” keluh Hendri, warga Jalan Madura.
Baca Juga: Dari Kandang Sapi ke Sungai Limbah: Jejak Aneh Sertifikat 21 Hektar di Gunung Gede
Kemarahan warga makin meluas karena proyek ini berdiri tepat di jalur utama menuju simpang lampu merah yang padat kendaraan.
“Kok ya sampai menutup jalan, padahal itu salah satu akses utama warga loh, Mas. Banyak juga toko, warung, dan usaha kecil yang kena dampaknya,” ujar warga lain yang enggan disebut namanya.
“Sekarang pun meski jalannya sudah dibuka, proyek itu bersebelahan dengan lampu merah. Ya jelas macet, apalagi pas jam berangkat dan pulang kerja,” imbuhnya geram.
Kondisi ini menambah daftar panjang proyek-proyek “misterius” di Kota Blitar yang diduga dikerjakan tanpa perencanaan matang dan pengawasan ketat. Pemerintah terkesan membiarkan, sementara masyarakat harus menanggung debu, kemacetan, dan kerugian ekonomi.












