Wacana mengenai rencana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) untuk merekrut 24.000 tamtama guna membentuk batalyon teritorial pembangunan telah memantik diskusi. Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), TB Hasanuddin, turut angkat bicara, mengingatkan kembali akan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) TNI yang sesungguhnya.
Sebagai purnawirawan TNI, beliau menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang peran militer dalam sistem pertahanan rakyat semesta, serta implikasinya terhadap ketahanan pangan nasional.
Menurut Hasanuddin, sesuai dengan amanat undang-undang yang berlaku, prioritas utama prajurit TNI seharusnya terfokus pada kesiapan tempur melalui latihan yang intensif. Ini adalah fondasi utama doktrin pertahanan Indonesia yang menganut sistem pertahanan rakyat semesta, di mana seluruh potensi negara dioptimalkan untuk kepentingan pertahanan.
Dalam konteks ini, doktrin utama yang diterapkan adalah perang berlarut. Ini berarti, jika terjadi konflik, perlawanan akan dimulai dengan perang konvensional dan, bila diperlukan, berlanjut menjadi perang gerilya hingga kemenangan dapat dicapai.
Hasanuddin menjelaskan, dalam skenario perang berlarut, penyediaan logistik menjadi sangat vital, termasuk ketersediaan bahan makanan di seluruh pelosok, mulai dari desa, kampung, hingga kota. Hal ini krusial agar perlawanan dapat berlangsung selama mungkin.