“Memang konsen kita sekarang ini yakni memerhatikan beberapa korban susulan yang beberapa luka dan telah kami membawa ke rumah sakit. Umumnya karena gas air mata,” tegas dia.
Untuk dipahami, sampai Selasa (11/10/2022), dari data team kombinasi Aremania terdaftar ada 131 korban yang wafat dan 80 yang alami cedera berat atau cedera enteng.
Sementara berdasar hasil interograsi KontraS, TGA dan Lokataru, mereka akui mendapati 11 keganjilan dalam bencana Kanjuruhan.
Pertama, KontraS mendapati ada mobilisasi aparatur membawa senjata pada tengah set ke-2 tanpa argumen yang jelas. Yang mengagetkan, tersebar photo selongsongan gas air mata yang kadaluwarsa.
Dan Lokataru mendapati keganjilan polisi semestinya punyai kuasa lakukan autopsi. Tetapi, autopsi malah tidak dilaksanakan. Selanjutnya, CCTV tidak dibuka ke publik.
Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris mengatakan jika pintu telah dibuka di menit 80. Tetapi, ada yang tutup kembali. Disamping itu, tidak seluruhnya rekam klinis dari rumah sakit diberikan ke keluarga korban.
Bukan itu saja, ada kemiripan ciri-ciri korban yang selamat dari gas air mata yakni mata memeras sampai H+9. Selanjutnya hasil visum keluarga yang cedera dan wafat yang diberikan tidak ada yang mengatakan karena gas, karena hanya terinjak-injak.