Kediri, Memo.co.id
Di aren Festival Kelud 2017, ada kolaborasi para seniman dalam pentas Ketoprak Tobong . Ada dialog dan kisah diantaranya cerita Panji, kisah kerajaan Mataraman hingga Majapahit. Semua dilakonkan para seniman dan akan menjadi hiburan paling inovatif di event bergengsi tersebut.
” Tahun 2017 ini kami akan membuat acara yang lebih semarak dan kolaborasi dengan para seniman dan budayawan baik yang ada di Kabupaten Kediri maupun diluar kabupaten Kediri. Kenapa saya lebih cenderung untuk mengangkat Ketoprak Tobong yang saat ini hampir punah, ” kata Ply Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Ir. Adi Suwigyo.
Selain itu, untuk melestarikan Budaya Bangsa karena didalamnya terdapat nilai – nilai yang disisipkan dalam setiap dialog dan kisah yang dipentaskan, ” Mendengar kata ketoprak, kebanyakan orang akan membayangkan ketoprak humor yang pernah ditayangkan di salah satu televisi swasta. Tak heran, karena itulah ‘ketoprak’ yang masih bertahan menghibur masyarakat Indonesia di era televisi kabel. ” tandasnya.
Ketoprak Tobong, yang menjadi salah satu penunjang memeriahkan Festival Kelud 2017, disampaikan dengan kemasan berbeda dan lebih mengedepankan lawakan(humor). Hingga susah dibedakan mana ketoprak atau pertunjukkan lawak.
Sementara dalam arti sama, tobong tujuannya benderang, bukan hanya sekedar anti kemapanan. Mereka punya misi mulia untuk melestarikan salah satu kebudayaan Jawa agar terus ada. Salah satu identitas nusantara yang menjadikan tanah ini sempat berjaya dengan kristalisasi nilai- nilai kearifan nenek moyang yang salah satunya telah terwujud dalam kesenian pertunjukkan kerakyatan yang biasa disebuat dengan kesenian rakyat atau kesenian tradisional.
Tahun 2016 pagelaran Tobong Art Performance dimainkan oleh Wakil Bupati Kediri Drs. H. Masykuri, MM bersama dengan Almarhum Camat Ngancar Ngaseri, para seniman Ketoprak Suryo Budoyo berkolaborasi dengan para pejabat pemerintah. mereka mementaskan kisah bertajuk Dewi Kilisuci Madras Dumadining Kawah Kelud.
Wakil Bupati Kediri berperan sebagai Raja Daha Prabu Anom Darma Wasesa, sedangkan Almarhum Camat Ngancar Ngaseri sebagai Prabu Dewa Agung Wirakrama, Danramil Ngancar sebagai Patih Ida Bagus Setya Darma dan Kepala Perwakilan BNI Kediri, Joko Raharto sebagai Dagelan. Kata Wignyo mengenang masa lalu.
Tahun 2017 ini kami akan membuat acara yang lebih semarak dan kolaborasi dengan para seniman dan budayawan baik yang ada di Kabupaten Kediri maupun diluar kabupaten Kediri. Kenapa saya lebih cenderung untuk mengangkat Ketoprak Tobong yang saat ini hampir punah, selain untuk melestarikan Budaya Bangsa karena didalamnya terdapat nilai – nilai yang disisipkan dalam setiap dialog dan kisah yang dipentaskan, antara lain tentang cerita panji, kisah kerajaan Mataram hingga Majapahit bahakan terkadang juga mengadopsi kisah lain sesuai dengan perjalanan sejarah Nusantara yang berinteraksi dengan para saudagar Timur Tengah dan daratan cina.
Saya berharap dengan adanya pementasan Ketoprak Tobong yang akan digelar 28 – 30 September 2017 bisa membuat masyarakat baik Kabupaten Kediri maupun di luar Kabupaten Kediri bisa mengingat kembali bahwa kita harus bisa melestarikan budaya bangsa, karena budaya kita tidak kalah bagusnya dengan budaya lain. ( adv/ Kominfo )