Pendarahan dari mulut ini, meskipun jarang terjadi, diyakini sebagai respons fisik atas tingginya tingkat stres yang dirasakan oleh ular saat itu. Peneliti percaya bahwa perilaku ini membantu mengurangi risiko pemangsaan dengan membuat ular menjadi kurang menarik bagi predatornya.
Studi ini juga menyoroti bahwa respons antipredator seperti ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk jenis kelamin, suhu tubuh, ukuran, usia, dan pengalaman sebelumnya dengan predator. Namun, peneliti mengakui bahwa pengamatan ini terbatas karena sebagian besar dilakukan dalam interaksi dengan manusia.
Temuan ini mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menguji respons serupa pada spesies lain dan di berbagai ekosistem, guna memperdalam pemahaman tentang mekanisme pertahanan diri hewan terhadap predator alaminya.
Strategi Unik Ular dalam Mengelabui Predator: Studi Terbaru Mengenai Perilaku “Pura-Pura Mati”
Penelitian yang dilakukan oleh University of Belgrade di Golem Grad, Makedonia Utara, mendalam tentang perilaku meniru mati pada ular dadu. Mereka menemukan bahwa ular yang mengeluarkan darah dari mulutnya cenderung mengurangi waktu yang mereka habiskan untuk berpura-pura mati, dibandingkan dengan yang tidak menunjukkan perilaku serupa. Hal ini mengindikasikan bahwa pendarahan dari mulut mungkin menjadi respons fisik atas tingginya tingkat stres yang dialami oleh ular dalam situasi tersebut.
Meskipun begitu, penelitian ini menyoroti kompleksitas dalam respons antipredator, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, suhu tubuh, dan pengalaman sebelumnya dengan predator. Pentingnya replikasi hasil penelitian ini pada spesies lain dan ekosistem yang berbeda menunjukkan perlunya pemahaman lebih lanjut tentang strategi evolusioner yang digunakan hewan dalam bertahan hidup.