Example floating
Example floating
BeritaTeknologi Digital

Menteri Koperasi Teten Masduki Ungkap Risiko Temu pada UMKM

×

Menteri Koperasi Teten Masduki Ungkap Risiko Temu pada UMKM

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MEMO

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki telah mengungkapkan kekhawatirannya mengenai Temu, platform e-commerce asal China yang kini telah terdaftar untuk beroperasi di Indonesia. Teten menyoroti potensi dampak negatif Temu terhadap industri lokal, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang bisa terancam oleh persaingan harga yang sangat murah. Diskusi dengan Menteri Hukum dan HAM mengenai regulasi perdagangan elektronik menjadi langkah penting untuk melindungi UMKM dari potensi kerugian.

Temu E-Commerce China: Ancaman Besar untuk UMKM Indonesia?

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki baru-baru ini menyampaikan pendapatnya mengenai Temu, sebuah platform e-commerce yang berasal dari China dan kini telah mendaftar untuk beroperasi di Indonesia. Menurut Teten, meskipun ada kebijakan yang mengatur perdagangan elektronik, peraturan tersebut bersifat lintas sektor dan mungkin belum sepenuhnya efektif dalam menangani fenomena seperti Temu.

Teten menyatakan bahwa ia berencana untuk berdiskusi dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Supratman Andi Agtas, mengenai platform ini. Ia juga menyebutkan bahwa ia telah berbicara dengan Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan HAM sebelumnya, dan mungkin akan mengadakan pertemuan serupa dengan Menteri Hukum dan HAM yang baru. Teten mengungkapkan, “Saya telah melihat bahwa Temu sudah terdaftar dan memiliki izin usaha di Kemenkumham. Saya juga telah berdiskusi dengan Yasonna Laoly sebelumnya, dan mungkin nanti saya akan berbicara dengan Menkumham yang baru.”

Teten menggarisbawahi perbedaan signifikan antara Temu dan Amazon. Amazon, yang telah beroperasi selama puluhan tahun dan memiliki sekitar 70 juta pengguna, berbeda jauh dengan Temu yang dalam waktu dua tahun saja sudah mencapai jumlah pengguna yang sama. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak potensial Temu terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Baca Juga  PPN 12 Persen Hanya untuk Barang Mewah: Kebijakan Baru yang Selektif dan Adil

Dia menyoroti potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat kehadiran Temu, terutama dalam hal persaingan harga. Temu, yang menghubungkan langsung produsen dengan konsumen, dapat menjual produk dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk lokal. “Yang perlu kita pikirkan adalah dampak bagi UMKM. Karena jika produk dari pabrikan langsung masuk ke konsumen, harganya bisa sangat murah,” kata Teten.

Dampak dari persaingan harga yang tidak sehat ini berpotensi merugikan industri lokal, termasuk UMKM dan manufaktur dalam negeri. Teten khawatir bahwa industri dalam negeri mungkin tidak mampu bersaing, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pemangkasan tenaga kerja dan dampak sosial yang besar. “Artinya akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK), dan itu tentu memiliki dampak yang sangat signifikan,” tambahnya.

Persaingan Harga Temu Terhadap Produk Lokal Indonesia

Sementara itu, Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada, juga memberikan pendapatnya mengenai Temu. Wientor menyebut Temu sebagai e-commerce yang dapat merugikan UMKM lokal. Menurutnya, Temu menggunakan strategi subsidi harga yang sangat besar, hingga mencapai 100% di beberapa pasar, di mana konsumen hanya membayar ongkos kirim. “Temu ini adalah aplikasi yang merugikan UMKM Indonesia. Jika dibiarkan, UMKM kita akan menghadapi risiko kepunahan. Barang-barang dari China langsung dikirim tanpa adanya perantara seperti seller, reseller, dropshipper, atau afiliasi,” ujar Wientor.

Wientor juga mengungkapkan bahwa Temu memberikan subsidi harga yang signifikan di berbagai negara. Ia menambahkan bahwa di beberapa kasus, harga barang di Temu bisa mencapai 0%, dengan konsumen hanya dikenakan biaya ongkos kirim. “Kami menduga bahwa Temu memberikan diskon hingga 90% di banyak negara, dan bahkan di Amerika Serikat mereka pernah menawarkan harga 0%. Ini berarti konsumen hanya membayar ongkos kirim,” terangnya.

Baca Juga  PPN 12 Persen Hanya untuk Barang Mewah: Kebijakan Baru yang Selektif dan Adil

Ia menilai bahwa barang-barang yang dijual di Temu kemungkinan besar merupakan barang-barang yang tidak laku di pasar China, di mana ada surplus barang. Untuk mengatasi surplus ini, China menjual barang-barang tersebut melalui platform seperti Temu dengan harga yang sangat murah. “Asumsi kami adalah barang-barang di Temu adalah deadstock atau barang yang tidak terjual di China. Dengan surplus barang yang ada di China saat ini, mereka perlu mengeluarkannya dari negara mereka, salah satunya melalui platform ini. Ini juga terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, jadi tidak menutup kemungkinan akan terjadi di Indonesia,” pungkas Wientor.

Kekhawatiran Menteri Koperasi Teten Masduki Terhadap Temu: Dampak E-Commerce China pada UMKM Indonesia

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menekankan bahwa kehadiran Temu, platform e-commerce asal China, berpotensi menimbulkan dampak negatif besar bagi UMKM di Indonesia. Dengan model bisnis yang menghubungkan langsung produsen dengan konsumen, Temu dapat menawarkan harga barang yang sangat murah, yang dapat menyulitkan produk lokal dalam bersaing. Teten menilai bahwa ini bisa berakibat pada penurunan daya saing produk dalam negeri dan kemungkinan pemangkasan tenaga kerja di sektor UMKM.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.