Example floating
Example floating
BLITARHome

Torehan Cumlaude S2 UNEJ dan Sikap Bersahaja Tony Andreas Menginspirasi di Hari Santri Nasional 2025

Prawoto Sadewo
×

Torehan Cumlaude S2 UNEJ dan Sikap Bersahaja Tony Andreas Menginspirasi di Hari Santri Nasional 2025

Sebarkan artikel ini

Blitar, Memo.co.id
Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober menjadi momentum bersejarah yang dirayakan seluruh elemen bangsa. Tahun ini, ucapan selamat yang paling menyentuh datang dari Blitar, di mana mantan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Blitar, Tony Andreas, seorang Kristiani yang dikenal bersahaja dan sangat dekat dengan kalangan ulama, menyampaikan salam hangatnya.

Dalam pernyataannya, Tony Andreas menegaskan pentingnya peran santri dan pesantren sebagai pilar kebangsaan, serta menyoroti nilai-nilai toleransi dan persatuan antar umat beragama yang harus terus diperkuat.

Baca Juga: Dari Relawan ke Ormas, Komando Sang Fajar Kini Bergerak untuk Rakyat, Tapi Ada Kode Misterius di Akhir Tahun!

Tony Andreas, yang dikenal sebagai figur yang rendah hati dan berjiwa sosial tinggi, telah lama menjadi simbol kerukunan beragama di Blitar. Kedekatannya dengan tokoh-tokoh agama Islam, termasuk ulama kondang Gus Iqdam dari Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam II, Blitar, bukanlah rahasia lagi. Meskipun berbeda keyakinan, Tony dan Gus Iqdam kerap terlihat dalam berbagai kegiatan, menunjukkan indahnya sinergi dalam keberagaman.

“Selamat Hari Santri Nasional 2025. Peran santri dalam sejarah kemerdekaan hingga pembangunan bangsa sangat luar biasa. Lebih dari itu, semangat persatuan dan nilai toleransi yang diajarkan di pesantren adalah pondasi penting bagi keutuhan Indonesia,” ujar Tony.

Baca Juga: Limbah Peternakan Sapi Cemari Sungai di Blitar Selatan, DPRD Desak Pemerintah Desa Lebih Peka

Ia menambahkan, persahabatan dengan ulama seperti Gus Iqdam telah memberinya pemahaman mendalam tentang ajaran Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin (rahmat bagi semesta alam). “Bagi saya, perbedaan keyakinan tidak pernah menjadi sekat. Justru, kedekatan ini mengajarkan saya tentang kebersahajaan, kepedulian sosial, dan semangat gotong royong yang luar biasa dari para santri dan ulama,” tuturnya dengan nada tulus.