Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah bersama jajaran diundang untuk menghadiri Rapat Kerja DPR RI dalam upaya membahas progres kebijakan terkait lapangan kerja, kesenjangan pasokan tenaga kerja, dan kebutuhan keterampilan digital demi menyongsong masa depan industri.
Menteri Ida Fauziyah Bahas Kesenjangan Pasokan dan Permintaan Tenaga Kerja
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia telah mengundang Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, beserta timnya untuk menghadiri Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IX DPR RI pada hari Selasa, tanggal 14 November 2023.
Agenda Raker hari ini adalah untuk membahas kemajuan kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan terkait pemenuhan link and match, peluang kerja di dalam negeri, ekspansi pasar kerja internasional, pengembangan talenta muda, dan transformasi digital di sektor ketenagakerjaan.
Selain itu, dalam Raker ini, juga disoroti monitoring serta evaluasi program Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) untuk penempatan tenaga kerja ke Timur Tengah dan wilayah lain. Selain itu, ada evaluasi terhadap program perluasan kesempatan kerja dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) serta target perluasan lapangan kerja dalam investasi Tahun 2024.
Menteri Ida Fauziyah, di hadapan anggota Komisi IX DPR RI, menyoroti tantangan dalam bidang ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satunya adalah kesenjangan antara pasokan dan permintaan di pasar tenaga kerja Indonesia.
Sebanyak 1,8 juta lulusan SMA setiap tahun tidak dapat terserap di perguruan tinggi dan terpaksa langsung memasuki pasar kerja.
“Keterampilan digital yang masih rendah menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan industri di masa depan,” ungkap Ida dalam Raker.
Tantangan Ketenagakerjaan: Keterampilan Digital dan Kesempatan Kerja Masa Depan
Ida menjelaskan bahwa di masa mendatang, pola permintaan tenaga kerja akan lebih mengarah pada pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi digital atau hardskill digital. Di samping itu, keterampilan soft skill seperti analisis, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, dan komunikasi juga akan menjadi sangat penting.
Namun, menurutnya, keterampilan digital yang dimiliki tenaga kerja di Indonesia masih cenderung bersifat teoritis dan umum, sehingga terjadi kesenjangan antara pasokan dan permintaan.
“Terlihat dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari tahun 2019 hingga Agustus 2023, alhamdulillah sudah mendekati kondisi sebelum adanya pandemi, yaitu sebesar 5,32%,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ida memaparkan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja, di antaranya:
- Creative thinking diperlukan sebanyak 73,2%
- Analytical thinking diperlukan sebanyak 71,6%
- Technological literacy diperlukan sebanyak 67,70%
- Curiosity and lifelong learning diperlukan sebanyak 66,8%
- Resilience, flexibility and agilty diperlukan sebanyak 65,8%
- Systems thinking diperlukan sebanyak 59,9%
- AI and big data diperlukan sebanyak 59,5%
- Motivation and self awareness diperlukan sebanyak 58,9%
- Talent management diperlukan sebanyak 56,4%.
Optimisasi Pasar Kerja Indonesia: Keterampilan Digital dan Tantangan Kesenjangan Antara Pasokan dan Permintaan
Pasar tenaga kerja Indonesia menghadapi tantangan serius terkait kesenjangan antara pasokan dan permintaan tenaga kerja, terutama dalam hal keterampilan digital. Raker bersama Komisi IX DPR RI menyoroti perluasan kesempatan kerja, evaluasi program, serta kebutuhan keterampilan di era digital.
Menteri Ida menekankan pentingnya keterampilan digital dan soft skill dalam menghadapi tuntutan pasar kerja masa depan. Di tengah upaya untuk menutup kesenjangan, penting bagi tenaga kerja untuk terus meningkatkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar.