Example floating
Example floating
Home

Potensi Besar Bioethanol dalam Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Avatar
×

Potensi Besar Bioethanol dalam Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Sebarkan artikel ini
Potensi Besar Bioethanol dalam Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil
Potensi Besar Bioethanol dalam Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil
Example 468x60

MEMO

Ronny Purwadi, ahli proses konversi biomassa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengungkapkan potensi besar kendaraan berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) seperti biodiesel dan bioethanol dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam diskusi di fasilitas Toyota di Karawang, Ronny menekankan pentingnya beralih dari bahan bakar fosil menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga stabilitas iklim dan memenuhi kebutuhan energi nasional. Meskipun EBT memiliki banyak potensi, penggunaan bahan bakar fosil masih dominan di sektor transportasi Indonesia, dan bioethanol bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasi ketergantungan tersebut.

Manfaat dan Kelebihan Bioethanol untuk Kendaraan Bensin dan Lingkungan

Ronny Purwadi, seorang ahli proses konversi biomassa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengemukakan beberapa alasan mengapa kendaraan yang menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) bisa menjadi pilihan yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Menurutnya, biodiesel dan bioethanol merupakan dua contoh utama dari EBT yang dapat membantu mengatasi masalah ini.

Dalam sebuah diskusi media di fasilitas manufaktur Toyota di Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024), Ronny menjelaskan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca dapat dicapai dengan membatasi penggunaan bahan bakar fosil. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas iklim dan kebutuhan bahan bakar. Dia menekankan perlunya transisi menuju sumber energi baru yang memiliki siklus yang lebih cepat, seperti EBT.

Meskipun potensi EBT sangat besar dan melimpah di Indonesia, Ronny mengungkapkan kekhawatirannya karena masih banyak sektor transportasi yang bergantung pada bahan bakar fosil. Pemerintah Indonesia sendiri telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, salah satunya melalui peningkatan penggunaan biodiesel.

Namun, biodiesel yang berbasis minyak sawit hanyalah satu solusi dari berbagai pilihan yang tersedia. Ronny menjelaskan bahwa sebagian besar kebutuhan bahan bakar saat ini adalah bensin. Oleh karena itu, bioethanol dianggap sebagai alternatif yang semakin relevan dan ramah lingkungan. “EBT sudah banyak tersedia, seperti energi geotermal, nuklir, dan surya. Jadi, mengapa biofuel? Karena hampir seluruh kendaraan kita menggunakan bensin. Jika ingin menggantinya dengan kendaraan listrik (EV), berarti kita harus mengganti seluruh armada kendaraan dengan EV,” ujarnya.

Baca Juga  Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Diminta Waspada