Example floating
Example floating
InfobisJatim

Pasar Internasional Lesu, Bisnis Rajungan di Lamongan Tutup, Kondisi Paling Parah Sepanjang Sejarah

×

Pasar Internasional Lesu, Bisnis Rajungan di Lamongan Tutup, Kondisi Paling Parah Sepanjang Sejarah

Sebarkan artikel ini
Pasar Internasional Lesu, Bisnis Rajingan di Lamongan Tutup
Example 468x60

Lamongan, Memo
Harga rajungan turun tajam karena lemasnya kebutuhan pasar internasional. Terdaftar, sekarang ini harga rajungan di mini-plan pengupasan jadi Rp 110 ribu per kg, dari yang awalnya sekitaran Rp 400 ribu per kg.

Menyikapi ini, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Ir. Artati Widiarti, MA sampaikan jika ada peralihan keadaan disebabkan karena menurunnya pasar USA. Hingga harga rajungan jatuh di titik paling kronis dalam histori.

“Ya keadaan peralihan keinginan yang menurun di pasar USA, hingga harga (rajungan) jatuh. Ini berpengaruh ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) exportir. Barang jadi dalam container on the water dan stock ketahan,” tutur Ir. Artati.

Dia memperjelas, di bulan Juni-Juli ini sebetulnya suplai hasil tangkapan dari nelayan cukup berlimpah. Tetapi hal itu tidak sesuai dengan keinginan buyer hingga harga rajungan juga jeblok.

“Mulai Juni-Juli dan sebagainya sebetulnya suplai bertambah kembali. Sayang keinginan buyer benar-benar turun. Di lain sisi, beberapa UPI atau exportir sampai sekarang ini sebagian besar pasarnya tunggal, yaitu USA. Tidak ada alternative untuk mengubah produk jadi ke negara lain. Mudah-mudahan keadaan pasar USA dapat selekasnya lebih baik,” jelasnya.

Aktivitas pengupasan rajungan di mini rencana atau usaha pemrosesan rajungan yang berada di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Dalam pada itu, salah satunya pebisnis rajungan di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, Diki Utomo mengutarakan, banyak pabrik yang hentikan pembelian daging rajungan. Masalahnya stock daging rajungan di beberapa pabrik itu sekarang ini masih berlimpah.

“Berdasar publikasi dari PT Aruna Jaya Nuswantara, startup digital yang beroperasi di sektor ekonomi kelautan dan perikanan, menghimbau ke pebisnis atau mini rencana rajungan di tempat Paciran Lamongan dan Madura untuk hentikan sementara pembelian meat (daging rajungan),” ungkapkan Diki saat dikontak wartawan, Minggu (19/6/2022).

Baca Juga  23 Lembaga Pendidikan Ziarah TMP Jombang Selama November 2024, Dinsos Fasilitasi Pemandu dari Veteran

Diki menambah, pemberhentian pembelian yang sudah dilakukan pabrik di tempat Paciran dan Madura ini diperpanjang sampai hari Jumat tanggal 24 juni 2022 kedepan.

“Demikianlah publikasi yang dikatakan ke masing-masing mini plan melalui pesan Whatsapp. Kami tidak dapat banyak berbuat di tengah-tengah keadaan ini. Kami harus terpaksa tutup usaha sementara, alias tidak membeli rajungan ke nelayan. Oleh karenanya, kami mengharap keadaan pabrik dapat selekasnya kembali normal, supaya beberapa nelayan dan mini plan bisa juga kembali bergeliat,” katanya.

Aktivitas pengupasan rajungan di mini rencana atau usaha pemrosesan rajungan yang berada di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Dalam peluang yang serupa, Ketua Himpunan Nelayan Tradisionil Indonesia (HNTI) Lamongan Muchlisin Amar menjelaskan jika keadaan nelayan rajungan di Lamongan sekarang ini benar-benar memprihatinkan.

“Keadaan yang tak pernah terpikirkan awalnya, nelayan tangkapan rajungan di Pantura Lamongan banyak yang belingsatan karena remuknya harga rajungan. Ini diperburuk dengan adanya banyak pebisnis atau mini plan lokal yang tutup karena dampak dari distopnya pembelian rajungan oleh pabrik yang tidak dapat export,” kata Muchlisin.

Tidak cukup itu, pria yang penasehat KAHMI Lamongan ini sampaikan jika keadaan sulit ini tidak dapat diprediksikan kapan akan selekasnya usai. Hingga nasib nelayan akan makin tercekik dalam penuhi keperluan setiap harinya.

“Hasil contact yang saya kerjakan secara APRI (Asosiasi Pengusaha Rajungan Indonesia), exportir, terhitung dengan PT Aruna pokoknya tidak dapat meramalkan kapan keadaan ini dapat kembali normal. Di lain sisi, anggota kami (nelayan) benar-benar terimbas dan tidak dapat jual tangkapannya. Akhirnya, untuk penuhi keperluan setiap harinya juga sulit,” jelasnya.

Menyaksikan realita ini, Muchlisin mengharap, ke pemerintahan atau DPR untuk selekasnya memberi jalan keluar yang cepat dan tepat. Ingat, rajungan ialah komoditas export yang memberi banyak kontributor pada devisa negara.

Baca Juga  Orcheatra Jawa Timur Menyuarakan Janji Suci Pengabdian dengan Sentuhan Kejujuran Hati

“Tidak ada jalan keluar periode pendek dari pemda dan DPRD. Mudah-mudahan mereka dapat menyarankan ke pusat supaya nelayan tradisionil di sini dapat mendapatkan cross program, terhitung meningkatkan bantuan bahan bakar minyak dan kontribusi tunai,” tutur pria yang Ketua Rukun Nelayan Paciran ini.

Dia cemas, jika keadaan ini selalu berjalan, program pengentasan kemiskinan dan stunting akan makin sulit teratasi.

“Jika demikian terus, kemiskinan dan kasus stunting dapat makin kronis, baik secara kuantitatif atau kualitatif. Bahkan akan punya pengaruh pada tumbuh berkembangnya IKM, UMKM nelayan yang sejauh ini jadi unggulan aktivitas ekonomi alternative warga nelayan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.