Khoridatul menuturkan bahwa sang ayah sudah menunjukkan tanda-tanda kebingungan bahkan sejak masih berada di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Malang, Memo – Di tengah hiruk pikuk jutaan jemaah yang memadati kota suci Mekkah, sebuah kabar cemas menyelimuti keluarga di Kepanjen, Kabupaten Malang. Sukardi (65), seorang jemaah haji dari Desa Dilem, kini menjadi sosok yang dicari, menghilang tanpa jejak di Tanah Suci. Sebuah penantian penuh harap dan doa terus dipanjatkan keluarga di rumah, menanti kabar pasti tentang keberadaan sang kepala keluarga.
Baca Juga: Cita-Cita Dokter di Tengah Gempuran Diabetes, Kisah Regina, Sang Pejuang Cilik dari Kediri
Sukardi, yang tergabung dalam kloter 79 embarkasi Surabaya, berangkat menunaikan rukun Islam kelima bersama rombongan dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) Wali Songo, Kepanjen. Namun, kebahagiaan keberangkatan itu kini berubah menjadi kekhawatiran yang mendalam. Keluarga pertama kali menerima kabar mengejutkan tentang hilangnya Sukardi pada Jumat malam, 20 Juni 2025, melalui telepon dari ketua rombongan.
Jejak Kebingungan di Tengah Lautan Jemaah
Bagi Khoridatul Hidayah, putri Sukardi, kecemasan ini bukan datang tiba-tiba. Saat ditemui di kediamannya di Kepanjen pada Selasa (24/6/2025), Khoridatul menuturkan bahwa sang ayah sudah menunjukkan tanda-tanda kebingungan bahkan sejak masih berada di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. “Sebelum ada kepastian itu bahkan, saya juga sempat menghubungi orang Singosari yang katanya sempat ketemu sama bapak saya,” ungkap Khoridatul dengan nada getir.
Baca Juga: Dari Keterbatasan Menuju Kampus Impian, Kisah Perjalanan Sunyi Igbal Rasyid, Sang Calon Dokter
Orang yang ditemui di Singosari itu memang sempat melihat Sukardi, namun saat diajak kembali ke rombongan, Sukardi menolak dan pergi tanpa arah yang jelas. Petunjuk ini, meski samar, menjadi secercah harapan bagi keluarga. Mereka pun mencoba melacak jejak Sukardi melalui rekaman CCTV hotel tempat rombongan menginap. Sayangnya, kamera pengawas itu tak merekam keberadaan Sukardi.
Khoridatul menambahkan bahwa ayahnya bukan tipe orang yang gemar bepergian jauh. “Memang bapak itu tidak pernah pergi ke mana-mana. Kalau di rumah paling bersihkan halaman atau ke sawah dan ladang,” ujarnya, memperjelas betapa tidak lazimnya sang ayah menghilang di tempat asing seperti Mekkah.
Momen Terakhir dan Panggilan Tak Terjawab
Informasi tentang momen terakhir Sukardi terlihat datang dari ketua regu. Kamis pagi, Sukardi sempat berniat untuk ikut salat Subuh ke masjid, namun dilarang karena kekhawatiran akan tersesat. Sebuah kekhawatiran yang kini menjadi kenyataan pahit. Ketika rombongan kembali dari masjid ke hotel, Sukardi sudah tidak ada. Ia telah lenyap di antara ribuan jemaah lainnya.












