Perum Bulog memperkirakan bahwa panen raya tahun depan akan mengalami penundaan sekitar satu bulan akibat potensi kekeringan yang sedang melanda. Direktur Utama Bulog, Bayu, mengungkapkan bahwa musim tanam yang biasanya dimulai pada September terpaksa mundur ke Oktober karena kekeringan yang mengganggu pola cuaca. Akibatnya, hasil panen yang seharusnya bisa tersedia pada Januari kemungkinan baru dapat dinikmati oleh masyarakat pada bulan Maret. Dalam menghadapi tantangan ini, Bulog juga mempercepat proses impor beras untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup.
Mengapa Panen Raya Tahun Depan Akan Terlambat?
Perum Bulog memperkirakan bahwa panen raya tahun depan kemungkinan akan mengalami penundaan sekitar satu bulan. Hal ini disebabkan oleh potensi kekeringan yang terjadi. Direktur Utama Bulog, Bayu, menjelaskan bahwa penundaan ini terjadi karena musim tanam yang biasanya dimulai pada September, bersamaan dengan musim hujan, terpaksa mundur. Akibat kekeringan, musim tanam diperkirakan baru bisa dimulai pada bulan Oktober.
Dalam sebuah diskusi media yang diadakan di Kantor Bulog, Jakarta Selatan, pada hari Jumat (30/8), Bayu mengungkapkan bahwa dari waktu musim tanam hingga musim panen diperlukan waktu sekitar tiga bulan. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis panen bisa dilakukan pada bulan Januari, kenyataannya panen akan menghadapi kesulitan. Januari hingga Maret adalah musim hujan, sehingga petani akan mengalami kesulitan dalam mengeringkan gabah. Akibatnya, beras baru kemungkinan baru akan tersedia untuk masyarakat pada bulan Maret.