Example floating
Example floating
banner 728x250
Humaniora

Kades di Garut Gemparkan Warga: Nikahi Tujuh Janda Sekaligus, Ini Alasannya!

Avatar
×

Kades di Garut Gemparkan Warga: Nikahi Tujuh Janda Sekaligus, Ini Alasannya!

Sebarkan artikel ini
Kades di Garut Gemparkan Warga, Nikahi Tujuh Janda Sekaligus
Example 468x60

Garut, Memo – Sebuah kabar mengejutkan datang dari sebuah desa di lereng Gunung Cikurai, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kepala desa setempat, Haji Ujang Suhendar (57), mendadak menjadi perbincangan hangat setelah mengumumkan pernikahannya dengan tujuh orang janda sekaligus. Keputusan tak lazim ini sontak membuat gempar warga Desa Cikurai Girang.

Kabar yang awalnya dianggap sebagai isu liar menjelang pemilihan kepala desa itu ternyata benar adanya. Haji Ujang secara resmi mengumumkan pernikahannya dalam sebuah rapat desa. Dengan nada tulus, ia menjelaskan bahwa keputusannya menikahi tujuh janda tersebut bukan didasari oleh nafsu semata, melainkan oleh panggilan hati dan tanggung jawab sosial terhadap warganya.

scrol ke bawah
Example 300x600
iklan banner

Ketujuh wanita yang dinikahi Haji Ujang bukanlah sosok sembarangan. Mereka adalah para janda di desa tersebut yang mengalami kesulitan hidup setelah ditinggal oleh suami mereka. Di antaranya adalah Bu Rosma, seorang ibu dengan lima anak yang ditinggal suaminya akibat kecelakaan saat panen padi. Ada pula Bu Amah, yang suaminya meninggal karena diabetes dan meninggalkan warung kecil yang terancam bangkrut. Selain itu, terdapat Bu Iis, mantan guru PAUD yang ditinggal pergi suaminya, serta empat janda lainnya yang memiliki kisah pilu masing-masing.

Haji Ujang mengaku merasa terpanggil untuk membantu para janda ini. Sebelumnya, ia memang dikenal sering memberikan santunan, memperbaiki rumah mereka yang rusak, dan membantu biaya pendidikan anak-anak mereka. Namun, ia menyadari bahwa para janda tersebut juga hidup dalam stigma dan gunjingan masyarakat.

Maka, dalam musyawarah bersama tokoh agama dan tokoh adat desa, Haji Ujang mengusulkan ide yang tak biasa: menikahi mereka semua. “Kuring te hayang ngarugi keun maranehna. Lamun nikah bisa nyalamet keun martabatna, maka kuring siap,” ujarnya dalam bahasa Sunda, yang berarti “Saya tidak ingin merugikan mereka. Jika menikah bisa menyelamatkan martabat mereka, maka saya siap.”

Baca Juga  Aura 'Sugih Duit' Memancar dari 10 Weton Jawa Ini: Benarkah Semesta Restui Kemakmuran Mereka?

Pernikahan tersebut dilangsungkan secara sederhana tanpa pesta mewah, namun penuh dengan suasana haru. Para istri tinggal di rumah yang berbeda-beda, dan Haji Ujang berusaha membagi waktu serta perhatiannya secara adil. Anehnya, tidak ada rasa cemburu di antara para istri. Mereka justru membentuk kelompok koperasi janda, mengembangkan usaha kuliner, dan mengelola ladang bersama.