Example floating
Example floating
banner 728x250
Teknologi DigitalUMKM

Gunakan Platform e-commerse, 20 Prosen Pelaku UMKM di Indonesia Sudah Melek Digital

A. Daroini
×

Gunakan Platform e-commerse, 20 Prosen Pelaku UMKM di Indonesia Sudah Melek Digital

Sebarkan artikel ini
Gunakan Platform e-commerse, 20 Prosen Pelaku UMKM di Indonesia Sudah Melek Digital

Jakarta, Memo
Sekitar 20 persen pelaku UMKM di Indonesia yang sudah melek digital, ternyata menggunakan platform e commerse, untuk meningkatkan omset bisnisnya.

Fakta ini ialah hasil penelitian dari Kompas dan Penelitian dari Boston Consulting Grup, Blibli yang dengan judul “Menciptakan Pertumbuhan Inklusif lewat Digitalisasi UMKM di Indonesia” mengatakan 20% dari jumlahnya keseluruhan UMKM di Indonesia yang terbuka digital dan memakai basis e-commerce untuk meningkatkan usahanya.

Angka ini relatif rendah karena ada banyak UMKM yang belum terdigitalisasi. Buat tingkatkan jumlah UMKM yang tersambung dengan basis e-commerce, Blibli mendidik dan menemani UMKM supaya bisa tingkatkan rasio usaha dan daya saing dengan lakukan alih bentuk digital.

Hal itu diutarakan CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto di seminar virtual (webinar)pada Kamis, 8 September 2022.

Kusumo menjelaskan literatur digital UMKM mempunyai potensi bertambah di periode kedepan bersamaan dengan meriahnya praktisi UMKM lakukan transformasi digital di periode wabah Covid-19 ini. “Ini jadi rintangan bersama untuk tingkatkan literatur digital tidak cuma untuk UMKM atau entreprenuer yang akan mengawali upayanya, tetapi untuk tingkatkan kompetensi mereka yang telah rasakan faedah digitalisasi,” tutur Kusumo.

UMKM yang mengaplikasikan digitalisasi sudah memperlihatkan praktek terbaik (best practices) dalam tingkatkan rasio usaha dan capaian marketing ke berbagai daerah sampai luar negeri. Kusumo memberikan contoh Bakmi Sundoro, produsen Mie Godhog Jogja, sebagai salah satunya UMKM yang lakukan alih bentuk digital ke dalam basis e-commerce Blibli pada periode wabah ini.

Bakmi Sundoro Merubah Bisnis Konservatifnya ke Basis Online Marketing

“Awalannya, Bakmi Sundoro sebagai usaha konservatif, mereka mengganti haluan usahanya di periode wabah ini pasarkan produknya ini lewat basis online dan bisa dibuktikan usahanya bukan hanya berkembang di Indonesia karena mereka dapat mengirimi produknya ke luar negeri, seperti Singapura dan Korea Selatan,” papar Kusumo menguraikan.

Bintari Saptanti, pendiri Bakmi Sindoro, seperti dikatakan Kusumo, mengatakan imbas positif dari integratif ekosistem digital UMKM dengan e-commerce itu mempeluas capaian marketing yang berpengaruh pada penjualan.

Ini sesuai dengan penelitian Boston Consulting Grup yang menguraikan digitalisasi UMKM itu berpengaruh domino pada beragam faktor, seumpama efisiensi ongkos operasional, meluaskan capaian tingkatkan penghasilan dan marketing.

Digitalisasi UMKM Berpengaruh pada efektivitas dan tingkatkan daya saing UMKM

Di kesempatan yang serupa ini, Haikal Siregar, Managing Director dan Mitra Boston Consulting Grup, menjelaskan digitalisasi UMKM itu berpengaruh pada efektivitas dan tingkatkan daya saing UMKM dan tingkatkan pemasaran sekitar 1 kali lipat sampai 2x lipat dibanding UMKM konservatif.

“Factor pemicunya karena capaian marketing UMKM online itu mempunyai capaian yang lebih luas. Bahkan juga, aksesnya dapat mencapai ke pasar internasional hingga penghasilan mereka dapat naik 2x lipat dibanding dengan UMKM offline. Imbas yang lain dari UMKM online ialah kekuatan mempernyerap tenaga kerja sekitar 1,3x lipat,” sebut Haikal.

UMKM yang go digital, berdasar pengkajian Boston Consulting Grup, memacu imbas tidak langsung dan langsung. “Contoh direct impact ialah pemasaran toko makanan naik 1 kali lipat. Dan, contoh indirect impact toko roti cari bahan baku untuk memproduksi di UMKM ,” tambah Haikal.

Di Jepang, Transisi Bisnis UMKM ke Basis Digital, Naik Jadi 78 Prosen

Selanjutnya, Haikal mengatakan nilai transaksi bisnis UMKM di Tiongkok dan Jepang yang tersambung basis digital itu masing-masing naik jadi 78% dari awal sebelumnya 48% dan 84% dari 54%.

Kenaikan itu, menurut Haikal, sebagai dari hasil ide pemerintahan di ke-2 negara tersebut dengan membuat infrastruktur tehnologi dan info, bantuan, menerapkan peta jalan digitalisasi dan memicu UMKM untuk adopsi tehnologi termutakhir. Di 2024, nilai ekonomi UMKM yang go digital di Tiongkok itu mempunyai potensi capai US$ 900 miliar dan Jepang US$300 miliar.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) bersama semua pihak menggalakkan program digitalisasi UMKM di Indonesia. “Jika basis digital alami perkembangan sejumlah 50%, karena itu hal itu akan sanggup menolong UMKM untuk mempunyai potensi lebih berkembang di Indonesia dan nilai ekonomi UMKM di Indonesia berkesempatan capai US$38 miliar pada 2024. Untuk capai ini, banyak hal harus dilaksanakan, salah satunya mendidik UMKM berkenaan literatur digital, peraturan usaha dan akses capital,” tutur Haikal.

Mira Tayyiba, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), menghargai program digitalisasi UMKM untuk tingkatkan rasio usaha UMKM. “Kemenkominfo memberikan dukungan perkembangan dan ketahanan UMKM lewat pembangunan infrastruktur digital, seperti keringanan terhubung internet, membuat satelit baru untuk mencapai semua daerah di Indonesia,” terang Mira.

Untuk literatur digital, Kemenkominfo menerapkan tata urus digital dan menggerakkan pelaksana mekanisme electronic (PSE) untuk lakukan registrasi dan membuat mekanisme keamanan membuat perlindungan customer dalam berbisnis online.

Kemenkominfo menggerakkan kerjasama semua pihak untuk menyangga integratif UMKM terpadu ke basis digital dan ekosistem e-commerce. “Kemenkominfo memberikan dukungan UMKM langsung ke basis digital dengan pembikinan ekosistem umum dan pembikinan ekosistem e-commerce,” sebutkan Mira. Beragam usaha ini diharap mengangkat jumlah UMKM yang tersambung di basis digital pada masa mencatatng. Pemerintahan menarget 30 juta UMKM terdigitalisasi pada tahun 2024.