Head of Arts and Creative Industries of British Council Indonesia Camelia Harahap menjelaskan usaha sosial kreatif ikut menolong merealisasikan inklusi. Kkhususnya terkait dengan pembuatan pekerjaan yang layak untuk semua.
Hal tersebut disampaikan Camelia saat jadi pembicara pada acara Youth 20 (Y20) akhiri Pra-KTT Ke-4 di Manokwari, Papua Barat, Minggu (19/6/2022). Acara diadakan dengan talk show mengenai anak muda dan bidang ekonomi kreatif.
“Usaha sosial-kreatif membuat tugas untuk anak muda, wanita, dan penyandang disabilitas bisa lebih cepat dari bidang yang lain. Banyak usaha sosial-kreatif di Indonesia yang dipegang anak muda condong konsentrasi merealisasikan SDGs, terutamanya SDGs kedelapan yaitu membuat tugas yang layak,” ungkapkan Camelia pada talk show Pra-KTT Keempat Y20 secara online.
Sementara pendiri Fingertalk Dissa Ahdanisa mengutarakan ada 11 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Sekitar 1,5 juta salah satunya sebagai anak muda kurang sanggup dengan akses terbatas pada pendidikan resmi dan kesempatan kerja.
Kurangnya lapangan pekerjaan untuk penyandang disabilitas menggerakkan Dissa untuk membangun Fingertalk, sebuah cafe yang khusus mengaryakan pribadi tunarungu. Di cafe ini, konsumen setia pesan minuman dan makanan dalam bahasa kode.
“Tidak mengenal, jadi tidak sayang. Kita harus sama-sama mengenali supaya bisa melalui pemahaman dan prasangka yang dipunyai,” terangnya.
Dan Chief Creative Officer Narasi Jovial da Lopez share kisah hidupnya sebagai content kreator, sebuah karier yang sekarang banyak disukai anak muda. Melalui kanal SkinnyIndonesian24, Jovial bersama adiknya Andovi membuat beberapa beberapa konten yang mengenalkan budaya Indonesia ke audience global.
Jovial menjelaskan dirinya sempat tinggal di beberapa negara saat kecil karena ibunya ialah seorang diplomat.
“Bila Anda ialah content kreator, bikinlah content yang resonate dengan Anda. Semenjak kecil, saya telah terpampang mempromokan Indonesia ke mana saja saya pergi. Semangat ini kelihatannya masih berbekas saat kami membuat Youtube kanal ini, tapi kami berusaha untuk memodernisasikan,” terang Jovial.
Pichit Virankabutra sebagai Deputy Director Thailand Creative Economy Agency menerangkan peningkatan ekonomi kreatif mencakup tiga pilar, yaitu bakat kreatif, usaha kreatif, dan teritori kreatif. Bicara mengenai peningkatan bakat kreatif, Thailand mempunyai service inkubasi usaha kreatif yang tersambung dengan instansi pendidikan.
“Maka ini langsung akan arahkan beberapa pelajar yang pelajari design supaya tersambung dengan sumber daya, program kenaikan kemampuan, dan yang lain,” kata Pichit.*