Tiga bulan setelah mencabut status darurat pandemi pada Mei lalu, kasus Covid-19 di Inggris kembali meledak, terkait dengan munculnya varian baru, yakni subvarian Omicron EG.5.1 atau yang lebih dikenal sebagai Eris. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkannya sebagai variant under monitoring (VUM) sejak Juli.
Lonjakan kasus ini memicu imbauan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, untuk tetap mempertahankan fasilitas penanganan Covid-19 yang sudah ada. Ahli penyakit menular, seperti professor Paul Hunter, menilai bahwa walaupun varian ini berpotensi meningkatkan jumlah infeksi, dampaknya tidak kemungkinan besar untuk kesehatan di Inggris.
Kasus Covid-19 Naik Drastis Akibat Varian Omicron EG.5.1 atau Eris
Tiga bulan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat pandemi pada bulan Mei yang lalu, kasus Covid-19 di Inggris kembali meningkat pesat. Lonjakan kasus ini terkait dengan munculnya varian baru yang disebut subvarian Omicron EG.5.1 atau yang juga dikenal sebagai Eris.
Dilansir dari laman detikhealth, WHO telah menambahkan Eris ke dalam daftar varian yang diawasi atau yang dikenal sebagai variant under monitoring (VUM) pada bulan Juli. Langkah ini diambil setelah prevalensi varian ini tercatat meningkat di Inggris dan juga terdapat peningkatan kasus di wilayah internasional, terutama di Asia.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga memberikan pernyataan mengenai masalah ini. Beliau menekankan pentingnya peran otoritas negara, walaupun di sisi lain masyarakat telah mendapatkan perlindungan baik melalui vaksin Covid-19 ataupun karena pernah terinfeksi sebelumnya.
Tedros mengatakan bahwa pemerintah negara harus tetap menjaga fasilitas-fasilitas yang telah dibangun untuk penanganan Covid-19 sebelumnya, termasuk tidak membongkarnya. Beliau menjelaskan, “Kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang telah mereka bangun untuk penanganan Covid-19.”
Imbauan WHO dan Tinjauan Ahli Terhadap Varian Eris di Inggris
Tedros juga mengimbau agar masyarakat yang memiliki risiko tinggi untuk terpapar Covid-19 tetap menggunakan masker di tempat umum. Selain itu, mereka juga didorong untuk mendapatkan suntikan dosis tambahan atau booster jika direkomendasikan oleh otoritas kesehatan.
“WHO terus mengimbau orang-orang dengan risiko tinggi untuk tetap memakai masker di tempat ramai, mendapatkan booster jika dianjurkan, dan memastikan ventilasi yang memadai di dalam ruangan,” tegas Tedros.
Dalam laporan pekan lalu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat bahwa terjadi peningkatan sebesar 5,4% dari 4.396 sampel pernapasan yang diuji menggunakan Sistem Data Mart Pernapasan dan hasilnya positif Covid-19. Sebelumnya, angka tersebut sebesar 3,7% dari 4.403 sampel.