Transformasi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060

Transformasi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060
Transformasi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060

MEMO

Xurya, Huawei Indonesia, dan JJ-Lapp Indonesia menandatangani Letter of Intent untuk mempercepat adopsi energi terbarukan di Indonesia. Acara ini, yang berlangsung di SNEC 2024 Shanghai, menandai langkah strategis dalam meningkatkan kapasitas PLTS dan pelatihan SDM di sektor energi terbarukan.

Bacaan Lainnya

Kolaborasi Xurya, Huawei, dan JJ-Lapp: Memimpin Revolusi Energi Terbarukan di Indonesia

Xurya, bersama dengan Huawei Indonesia dan JJ-Lapp Indonesia, secara resmi menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk mempercepat adopsi energi terbarukan di Indonesia. Penandatanganan ini berlangsung di acara SNEC 2024 yang diadakan di National Exhibition and Convention Center (NICC), Shanghai, Republik Rakyat Cina, pada hari Jumat (14/06). Penandatanganan dilakukan oleh Philip Effendy (Vice President Operations Xurya), Jin Song (Head of Department of Digital Power Business Unit Huawei Indonesia), dan Raja Hotmarasi (Head of Renewable Energy JJ-Lapp Indonesia).

Melalui kolaborasi strategis ini, ketiga pihak berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas PLTS terpasang di berbagai wilayah di Indonesia serta mengadakan pelatihan sumber daya manusia di sektor PLTS. Philip Effendy, Vice President Operations Xurya, menyatakan, “Kami berkomitmen mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai net-zero emission (NZE) pada tahun 2060 dengan mendorong adopsi PLTS di Indonesia. Kolaborasi antara Xurya, Huawei Indonesia, dan JJ-Lapp Indonesia akan menggabungkan keahlian dan sumber daya masing-masing untuk mengatasi tantangan dalam percepatan pengembangan proyek PLTS yang berkelanjutan.”

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total kapasitas PLTS (ground-mounted, terapung, dan atap) yang terpasang pada tahun 2023 mencapai 573,8 MW, dengan PLTS atap sebesar 140 megawatt (MW). Angka ini masih jauh dari target tahun 2025, yakni 3,6 gigawatt (GW).

Jin Song, Head of Department of Digital Power Business Unit Huawei Indonesia, mengatakan, “Kami di Huawei mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan teknologi listrik untuk memaksimalkan efisiensi daya dan digitalisasi industri daya. Indonesia memiliki potensi besar dalam energi surya dibandingkan dengan angin atau air.”

Pos terkait