Google juga berencana untuk menerbitkan kebijakan yang akan mewajibkan iklan politik untuk mengungkapkan penggunaan “konten sintesis yang tidak otentik tetapi menggambarkan peristiwa atau individu dengan tampilan yang realistis.”
Dua perusahaan teknologi global lainnya, yaitu Snap dan TikTok, telah mengeluarkan larangan total terhadap iklan politik di platform mereka. Sementara itu, Twitter X yang dimiliki oleh Elon Musk belum menawarkan perangkat AI untuk pengguna.
Salah satu petinggi Meta, Nick Clegg, telah mengingatkan akan bahaya penggunaan AI selama masa pemilu. Ia telah meminta perusahaan teknologi dan pemerintah untuk bersiap-siap menghadapi penggunaan AI dalam meretas pemilu, terutama dalam bentuk konten yang tersebar dari satu media sosial ke media sosial lainnya.
Clegg juga sebelumnya menyatakan kepada Reuters bahwa Meta akan menghentikan penggunaan Meta AI untuk menciptakan gambar yang tampak realistis dan menyerupai tokoh publik.
Meta dan Google, Dua Pendekatan Berbeda terhadap AI dalam Iklan Politik
Dengan dua pendekatan yang berbeda ini, terlihat bahwa perusahaan teknologi global memiliki tanggapan yang beragam terhadap penggunaan AI dalam iklan politik. Semua ini menandai perkembangan penting dalam dunia iklan digital dan cara perusahaan teknologi menghadapi tantangan kecerdasan buatan dalam memastikan pemilu yang adil dan informasi yang sah bagi masyarakat.