Ada juga perilaku menganggap enteng perintah Allah, merasa bahwa umur kita panjang dan terus menunda-nunda untuk bertaubat. Meskipun begitu, Allah tetap memberikan mereka kelimpahan harta, kesenangan hidup, kesejahteraan, kebebasan dari penyakit, dan terhindar dari bencana.
Seseorang yang terperangkap dalam Istidraj mungkin merasa bahwa hidupnya berjalan mulus, tanpa kesulitan, padahal sebenarnya ia sedang diuji oleh Allah SWT.
Istidraj dapat membuat seseorang lupa akan hakikat kehidupannya dan tidak menyadari akibat dari perbuatannya. Pada akhirnya, Allah dapat mencabut semua kenikmatan tersebut hingga mereka tersentak dalam penyesalan yang datang terlambat.
Untuk menghindari jebakan Istidraj, kita perlu memperkuat iman kita melalui beribadah dan meningkatkan dzikir kepada Allah SWT. Selain itu, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar kita diberikan petunjuk dan perlindungan dari segala ujian, termasuk Istidraj.
Memahami Istidraj dalam Islam: Tipu Daya Kenikmatan dan Cara Menghindarinya
Dalam kehidupan sehari-hari, Istidraj dapat menjerat siapa saja yang tidak waspada. Banyak orang yang merasa bahwa kenikmatan yang mereka rasakan adalah anugerah, tanpa menyadari bahwa itu mungkin adalah ujian dari Allah SWT.
Mereka terlalu nyaman dalam kenikmatan tersebut sehingga melupakan kewajiban beribadah dan patuh kepada-Nya. Contoh-contoh Istidraj seperti meninggalkan salat, berdosa tanpa rasa bersalah, atau merasa bangga dengan harta dunia yang dimiliki menjadi cerminan betapa manusia bisa terperangkap dalam tipu daya ini.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperkuat iman, mengingat Allah SWT melalui dzikir, dan selalu berdoa agar terhindar dari jebakan Istidraj. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup yang lebih benar dan taat kepada ajaran agama, serta menjauhi godaan kenikmatan duniawi yang sebenarnya hanya sementara.