Sebagaimana diungkapkan oleh Khudori, pada masa itu, pertanian Indonesia lebih maju daripada negara-negara tetangga. Namun, situasinya kini telah berbalik.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa kebijakan India dalam sektor pangan, termasuk upaya untuk menghindari penipisan stok pangan di dalam negeri, mirip dengan apa yang dilakukan Indonesia pada masa Orde Baru.
Ia juga menyoroti komitmen India untuk mensubsidi petani secara besar-besaran dalam hal pupuk dan bunga. Semua pupuk dan bunga tersebut diberikan kepada petani tanpa tawar-menawar, mirip dengan praktik irigasi dan pupuk pada masa Orde Baru di Indonesia.
Sebagaimana yang dilaporkan oleh Lemhannas, Presiden Soeharto telah menerapkan kebijakan Pelita yang berfokus pada Trilogi Pembangunan, yang bertujuan untuk mencapai stabilitas harga dan kebutuhan pangan. Pada tahun 1973, pemerintah di bawah kepemimpinan Soeharto mendirikan Serikat Petani Indonesia dan memulai “revolusi hijau” untuk mencapai swasembada beras.
Pada periode ini, perhatian dan dukungan terhadap masalah agraris sangat besar, dan hasilnya, pada tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan, khususnya beras. Namun, setelah itu, fokus kebijakan berpindah ke sektor industri akibat ambisi industrialisasi, sehingga pencapaian swasembada tersebut tidak dapat dipertahankan dalam beberapa tahun berikutnya.
Dampak Peran Indonesia dalam Pengelolaan Pertanian dan Perberasan Bagi Tetangga Sejauh Ini
Kesimpulannya, peran Indonesia sebagai pelopor dalam pengelolaan pertanian telah memberikan dampak positif bagi negara-negara tetangga, yang sekarang menjadi pesaing utama dalam produksi beras. Artinya, sementara Indonesia pernah menjadi guru, saat ini Indonesia belajar dari keberhasilan tetangga dalam mencapai kemandirian pangan. Hal ini mencerminkan pergeseran dinamika dalam industri pertanian di kawasan ini.