Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengungkapkan pentingnya literasi digital dalam mencegah penyebaran hoaks di media sosial, khususnya di Facebook. Studi menarik dari universitas terkemuka menunjukkan bahwa faktor usia menjadi kunci dalam penyebaran hoaks, dengan generasi yang lebih tua lebih rentan terhadap penyebaran informasi palsu.
Bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini dan menciptakan budaya digital yang lebih santun? Temukan jawabannya dalam kesimpulan berikut.
Kementerian Kominfo Ungkap Cara Ampuh Lawan Penyebaran Hoaks di Facebook
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengungkapkan cara untuk menjaga warga Indonesia dari penyebaran hoaks di media sosial, termasuk di platform Facebook, dan caranya adalah melalui program literasi digital.
“Kami memiliki program literasi digital yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo. Saat ini, sudah ada 22 juta data warga kami yang terakhir mengikuti program literasi digital,” kata Menkominfo Budi Arie Setiadi dalam Forum Merdeka Barat pada Jumat (3/11).
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Princeton dan New York menemukan bahwa penyebaran hoaks melalui postingan di Facebook tidak terkait dengan latar belakang pendidikan, jenis kelamin, atau pandangan politik seseorang. Yang menjadi faktor utama dalam penyebaran hoaks adalah usia.
Studi tersebut melibatkan 3.500 responden pengguna Facebook di Amerika Serikat pada tahun 2019, dan hasilnya menunjukkan bahwa 11 persen dari pengguna yang berusia 65 tahun ke atas turut serta dalam menyebarkan hoaks.
Di sisi lain, hanya 3 persen dari pengguna yang berusia antara 18 hingga 29 tahun yang menyebarkan informasi palsu.
Pengguna Facebook yang lebih tua ternyata lebih cenderung untuk berbagi hoaks, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan kelompok usia 45-65 tahun. Dan jika dibandingkan dengan kelompok usia termuda, yaitu 18-29 tahun, perbedaannya bisa mencapai tujuh kali lipat.