Dari ketujuh kolam itu, Dede mengakui sebagian besar merupakan tanah yang ia sewa dari desa. Satu kolam ikan, rata-rata berukuran 600 hingga 900 meter persegi. Dari sekitar 4 kuintal bibit yang ia tabur tiap satu kolam, ia mampu panen nila sebanyak 2,9 ton. Nila sudah siap panen saat usia 3 bulan 10 hari sejak bibit dimasukkan ke dalam kolam.
Dalam bertani nila, ia memilih metode kincir angin yang bertujuan untuk menambah oksigen ikan-ikannya. “Fungsi kincir untuk menambah oksigen, dengan banyaknya oksigen maka nafsu makan ikan juga lebih tinggi sehingga berdampak pada hasil panen,” jelasnya.
Ikan nila menjadi pilihannya, karena gampang dipelihara. Selain itu, nila juga jarang terserang penyakit dan permintaan pasar yang tinggi. Dede mengakui pernah mengalami titik terendah dari usahanya itu, yakni penjualan nila mengalami penurunan pada awal-awal pandemi.
Namun sejak awal tahun 2021, permintaan nila kembali normal bahkan ia mengaku kewalahan melayani permintaan dari ‘bakul’ ikan. “Saya lakukan usaha ini semua di luar jam dinas, sehingga tidak menganggu tugas pokok sebagai seorang anggota polisi,” pungkasnya.