Pemulihan anak korban kekerasan seksual memerlukan pendampingan yang cermat untuk mendukung pemulihan fisik dan mental mereka. Data terbaru dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam laporan kasus kekerasan seksual pada anak di tahun 2023, memperlihatkan perlunya akses yang lebih baik terhadap layanan medis dan psikologis, terutama di daerah pedesaan.
Peran Orang Tua dan Masyarakat Desa dalam Mendukung Pemulihan Anak
Anak yang mengalami kekerasan seksual membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih. Apa saja yang dibutuhkan anak selama proses pemulihan setelah mengalami kekerasan seksual?
Menurut data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), terdapat 1.915 laporan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang diterima sepanjang tahun 2023. Angka ini naik 30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap masalah ini.
Pendampingan merupakan bagian penting dalam proses pemulihan fisik dan mental anak yang menjadi korban pelecehan seksual. Proses ini biasanya dilakukan oleh tim medis yang bertanggung jawab terhadap korban.
Namun, tidak semua daerah memiliki akses mudah ke psikolog atau fasilitas medis, terutama di pedesaan. Dr. Meita Dhamayanti, seorang spesialis anak, menyampaikan bahwa di daerah pedesaan, penting bagi masyarakat untuk bersatu membantu korban kekerasan seksual ketika kasus seperti itu terungkap.
Dalam sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh IDAI, Dr. Meita menjelaskan, “Di pedesaan, di mana akses terhadap layanan kesehatan terbatas, solidaritas sosial sangat penting. Kita harus bersatu untuk menanggapi kasus-kasus kekerasan seksual ini dengan serius.”