Karomah KH Abdul Wahab Chasbullah atau Mbah Wahab yang paling mengejutkan adalah negosiasinya dengan malaikat Izrail agar diwafatkan usai pelaksanaan muktamar NU . Diceritakan, Mbah Wahab wafat berselang empat hari setelah pelaksanaan Muktamar NU tepatnya 29 Desember 1971.
Wafatnya KH Abdul Wahab Chasbullah meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama, tapi juga bangsa Indonesia. Dikutip dari jatim.nu.or.id, diceritakan bahwa di ujung usianya 83 tahun, Mbah Wahab meminta ajalnya ditunda sampai menyelesaikan Laporan Pertanggungan Jawab atau LPJ sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ternyata, permintaan Mbah Wahab benar-benar terjadi karena usai Muktamar ke-25 NU tahun 1971, beliau wafat.Dalam sejumlah literatur ditulis bahwa Mbah Wahab mengalami masa kritis di usianya ke 83 pada tahun 1971. Sejumlah santri kerap kali membacakan surat Yasin kepada Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur tersebut.
Kala itu, itu kondisi Mbah Wahab sudah sangat lemah. Dalam pengakuan para ulama sepuh yang disampaikan kepada keluarga, malaikat Izrail telah mendekat. Dengan izin Mbah Wahab yang kala itu masih tercatat sebagai Rais Aam mampu melampui masa kritisnya. Malaikat Izrail urung menunaikan tugas.
KH Bisri Syansuri kala itu datang menjenguk sambil berdoa agar Allah memulihkan sahabat seperjuangannya.”Kiai, engkau jangan wafat dulu,” tutur Kiai Bisri kepada Mbah Wahab.
”Kiai masih punya utang,” lanjut Kiai Bisri.
Mendengar perkataan Kiai Bisri, sontak Mbah Wahab tersadar dari kondisi kritisnya dan menjawab: ”Utang apa?,” sergahnya.
”Engkau masih belum LPJ,” jawab Kiai Bisri.
Kala itu, Muktamar NU di Surabaya kira-kira kurang tiga bulanan lagi. Di forum permusyawaratan tertinggi NU tersebut akan dibacakan LPJ para pengurus, baik tanfidziyah maupun syuriyah yang saat itu Mbah Wahab sebagai Rais Aam.