Example floating
Example floating
BisnisEKONOMI

Inovasi Benih Bioteknologi: Solusi Baru untuk Krisis Pangan!

×

Inovasi Benih Bioteknologi: Solusi Baru untuk Krisis Pangan!

Sebarkan artikel ini
Inovasi Benih Bioteknologi: Solusi Baru untuk Krisis Pangan!
Inovasi Benih Bioteknologi: Solusi Baru untuk Krisis Pangan!
Example 468x60

MEMO

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian bekerja sama dengan CropLife Indonesia (CLID) dalam sebuah sarasehan bertajuk “Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern”. Acara ini menyoroti potensi bioteknologi, terutama Produk Rekayasa Genetik (PRG), sebagai solusi terhadap krisis pangan dan fluktuasi harga kebutuhan pokok di Indonesia. Diskusi ini menekankan pentingnya regulasi yang tepat dan pengembangan teknologi untuk memaksimalkan manfaat bagi petani.

PPVTPP dan CropLife Indonesia Dorong Adopsi Teknologi Pertanian Modern

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) di bawah Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan CropLife Indonesia (CLID) untuk menyoroti pentingnya penerapan teknologi dalam sektor pertanian Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk memajukan sektor pangan melalui pemanfaatan teknologi terbaru.

Keduanya baru-baru ini menyelenggarakan sarasehan bertajuk “Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern”. Acara ini menekankan bahwa bioteknologi dapat menjadi solusi efektif terhadap ancaman krisis pangan serta fluktuasi harga kebutuhan pokok. Salah satu fokus utama dari diskusi tersebut adalah pada Produk Rekayasa Genetik (PRG).

Dr. Ir. Leli Nuryati, Kepala PPVTPP, menyatakan bahwa benih hasil rekayasa genetika memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya sangat diminati oleh para petani. Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan yang harus diatasi, seperti regulasi, pengembangan, dan komersialisasi. Semua pihak perlu memperhatikan aspek-aspek ini untuk memastikan bahwa potensi PRG dapat dimanfaatkan secara optimal.

“Benih hasil rekayasa genetika sangat dinantikan oleh petani kita. Mereka sebenarnya sudah sangat siap untuk mengelola varietas unggulan ini,” ungkap Dr. Leli dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis (01/08/2024).

Namun, seperti yang diungkapkan Dr. Leli, ada berbagai hambatan seperti regulasi ketat, tantangan dalam proses pengembangan, dan masalah komersialisasi yang harus diperhatikan. Hambatan-hambatan ini turut menyebabkan Indonesia relatif tertinggal dalam pengembangan bioteknologi pangan.

Baca Juga  Optimisme Menko Airlangga: Target Ekonomi 5,1 Persen Tercapai Berkat Strategi Nataru dan Stimulus Pemerintah

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.