Pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat mengenai kasus Zeng juga diumumkan melalui akun WeChat milik kementerian tersebut.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah lama diwarnai dengan saling mencurigai dan memata-matai satu sama lain. Namun, dalam waktu belakangan ini, hubungan yang semakin memburuk antara dua negara ekonomi terbesar di dunia ini telah semakin meningkatkan ketegangan dalam persaingan mereka.
Pemimpin Partai Komunis Tiongkok telah lama menekankan narasi bahwa “kekuatan asing” sedang berusaha merusak kemajuan negara, dan Xi Jinping, yang merupakan salah satu pemimpin paling tegas dan berwibawa dalam satu generasi, telah menjadikan keamanan negara sebagai prioritas utama.
Bulan sebelumnya, Tiongkok memperkenalkan revisi terbaru pada undang-undang anti-spionase yang ada, yang memperluas definisi dari kegiatan spionase.
Di sisi lain, menurut laporan dari The New York Times, operasi-operasi CIA di Tiongkok telah menghadapi tantangan yang signifikan sejak tahun 2010, ketika pemerintah Tiongkok berhasil membongkar lebih dari selusin sumber informasi dalam waktu dua tahun.
Pada tahun 2021, agensi tersebut melakukan restrukturisasi dalam cara melatih dan mengelola jaringan mata-mata mereka sebagai bagian dari usaha besar untuk lebih fokus dalam menghadapi ancaman dari negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia.
Mengupas Kasus Spionase Tiongkok-CIA: Tantangan dalam Hubungan Internasional
Kasus ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang dunia intelijen internasional yang kompleks dan penuh risiko. Dengan munculnya teknologi baru dan metode spionase yang semakin maju, perjuangan untuk menjaga informasi rahasia dan melindungi kepentingan nasional menjadi lebih kompleks.
Ke depannya, upaya koordinasi antara negara-negara dan lembaga intelijen akan semakin krusial guna menghadapi ancaman yang terus berkembang dalam era digital ini.