Situasi internal Tesla sedang memanas akibat perpecahan di antara pemegang saham terkait paket gaji CEO Elon Musk yang bernilai fantastis, US$ 44,9 miliar atau sekitar Rp 731 triliun. Ancaman Musk untuk memindahkan riset kecerdasan buatan (AI) Tesla ke perusahaan lain jika paket gaji ini tidak disetujui menambah ketegangan, terutama setelah penolakan hakim Delaware terhadap kompensasi awal sebesar US$ 56 miliar pada Januari lalu.
Ketegangan Meningkat di Kalangan Pemegang Saham Tesla
Situasi internal Tesla sedang berada di titik genting, dengan akar masalahnya terletak pada perpecahan di antara pemegang saham terkait paket gaji CEO Elon Musk yang bernilai US$ 44,9 miliar atau sekitar Rp 731 triliun. Musk mengancam bahwa jika paket gaji tersebut tidak disetujui, ia akan memindahkan riset kecerdasan buatan (AI) di Tesla ke perusahaan lain miliknya. Bahkan, dalam skenario terburuk, ia mengancam akan meninggalkan Tesla. Informasi ini dikutip dari AP pada Kamis, 13 Juni 2024.
Pada Januari lalu, seorang hakim di Delaware menolak izin untuk kompensasi paket gaji yang awalnya diajukan sebesar US$ 56 miliar. Musk saat itu marah dan mengancam akan memindahkan kantor pusat Tesla dari Delaware ke Texas.
Manajemen Tesla kini meminta para pemegang saham untuk menyetujui kembali paket gaji besar untuk Musk, meski sudah mendapat penolakan dari hakim di Delaware. Namun, walaupun para pemegang saham setuju, masih ada beberapa hal yang belum jelas.
Musk juga meminta jatah saham 25% di Tesla dengan ancaman yang sama, yaitu memindahkan pengembangan AI dari Tesla ke perusahaan lain jika permintaannya tidak dipenuhi. Saat ini, Musk memegang 13% saham di perusahaan mobil listrik tersebut. Baru-baru ini, perusahaan AI milik Musk, xAI, menerima pendanaan sebesar US$ 6 miliar untuk mengembangkan inovasi lebih lanjut.
Analis Wedbush, Dan Ives, memperkirakan bahwa paket gaji besar Musk pada akhirnya akan disetujui oleh para investor, meskipun dengan perasaan berat hati. “Isu ini sudah berlarut-larut dan membuat saham Tesla tidak stabil. Penting untuk segera menyelesaikan masalah ini dalam waktu dekat,” katanya dalam sebuah catatan kepada investor.
Elon Musk Ancam Tinggalkan Tesla
Sepanjang tahun ini, saham Tesla telah merosot tajam lebih dari 30%. Selain masalah internal, penjualan mobil listrik Tesla juga turun drastis karena persaingan ketat dari China. Tesla bahkan harus melakukan PHK massal yang mengurangi lebih dari 10% tenaga kerjanya.
Beberapa investor institusional Tesla secara terang-terangan menentang paket gaji besar untuk Musk, dengan alasan bahwa biaya tersebut terlalu tinggi saat bisnis Tesla sedang tidak dalam kondisi baik.
Namun, pemegang saham ‘top 5’ Tesla seperti Vanguard, BlackRock, State Street, Geode Capital, dan Capital Research tidak mengungkapkan sikap mereka secara publik terkait isu ini. Kelima institusi tersebut mengontrol 17% suara.
Profesor hukum dan bisnis dari University of Michigan, Erik Gordon, menyatakan bahwa investor individu di Tesla kemungkinan besar akan setuju dengan paket gaji besar untuk Musk, karena mereka memegang lebih dari setengah saham di perusahaan tersebut.
Salah satu investor institusi Tesla yang paling vokal menolak paket gaji besar Musk adalah Lembaga Sistem Pensiun Guru California. “Kami akan menolak berdasarkan besarnya, dan karena penghargaan tersebut akan sangat dilutif bagi pemegang saham. Kami juga khawatir dengan kurangnya fokus pada profitabilitas perusahaan,” kata lembaga tersebut.
Pada Mei lalu, dua pemegang saham besar dari firma konsultan ISS dan Glass Lewis juga merekomendasikan untuk menolak paket gaji besar untuk Musk.
Kepastian mengenai paket gaji besar Musk akan ditentukan pada pekan ini dalam pertemuan investor. Keputusan ini akan menentukan masa depan Musk di perusahaan, sekaligus masa depan Tesla sendiri.
Masa Depan Tesla: Dampak Konflik Internal dan Paket Gaji Elon Musk
Ketidakpastian mengenai paket gaji besar Elon Musk telah menciptakan ketegangan di kalangan pemegang saham Tesla. Ancaman Musk untuk memindahkan riset AI Tesla ke perusahaan lain atau bahkan meninggalkan Tesla menjadi faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan paket gaji senilai US$ 44,9 miliar. Penolakan dari beberapa investor institusional dan rekomendasi firma konsultan untuk menolak paket ini menambah kompleksitas situasi.