Survei terbaru ‘Media State of Mobile 2024’ oleh Data.AI telah mengungkapkan tren signifikan dalam perilaku digital warga Indonesia. Dengan total waktu penontonannya mencapai 69,9 miliar jam, YouTube menjadi platform paling diminati, diikuti dengan cepat oleh TikTok yang mencatat peningkatan 33 persen dari tahun sebelumnya.
Ini menggarisbawahi kecenderungan masyarakat Indonesia yang semakin terpaku pada perangkat seluler, dengan dampak psikologis yang tidak bisa diabaikan.
YouTube Geser TikTok, Waktu Nonton Meningkat
Hasil survei menunjukkan bahwa penduduk Indonesia cenderung menghabiskan waktu yang signifikan di perangkat seluler mereka, khususnya untuk menonton video di platform YouTube. Informasi ini terungkap melalui laporan terbaru ‘Media State of Mobile 2024’, yang dikeluarkan oleh Data.AI pada awal 2024.
Menurut laporan tersebut, orang Indonesia menghabiskan total 69,9 miliar jam di platform layanan video milik Google tersebut selama tahun 2023. Terdapat peningkatan sebesar 3 persen dalam durasi ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau yang dikenal sebagai year on year (YoY), sejak 2022.
Di peringkat kedua, populasi Indonesia juga banyak mengalokasikan waktu untuk menonton konten di TikTok. Dalam periode 2023, tercatat bahwa mereka menghabiskan waktu sebanyak 64,8 miliar jam, yang mencerminkan peningkatan sebesar 33 persen YoY.
Pada peringkat ketiga, penggunaan aplikasi pesan singkat milik Meta, yaitu WhatsApp, mencapai total 59,1 miliar jam sepanjang tahun lalu. Sedangkan aplikasi media sosial Instagram menempati peringkat keempat dengan durasi 28,4 miliar jam di platform berbagi foto dan video tersebut.
Google Chrome sebagai peramban web menempati peringkat kelima, dengan orang Indonesia menghabiskan waktu sebanyak 26,6 miliar jam pada aplikasi tersebut selama tahun tersebut.
Secara keseluruhan, masyarakat Indonesia telah terjerat ke dalam ketergantungan pada perangkat seluler, dengan rata-rata waktu penggunaan melebihi 6,05 jam setiap hari pada tahun 2023. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memimpin dalam hal penggunaan perangkat mobile per harinya.
Trend ini telah berlangsung sejak tahun 2020, di mana Indonesia pertama kali menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan penggunaan perangkat mobile harian terlama. Sejak saat itu, penggunaan perangkat seluler terus meningkat setiap tahun.
Mengapa Warga Indonesia Kian ‘Mobile’? Tren dan Dampak Psikologis
Sebuah penelitian oleh Francisca Hermawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa YouTube dapat memiliki dampak adiktif dan memicu faktor kemelekatan.
Dalam penelitian yang melibatkan 330 responden dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan pekerja, ditemukan bahwa 20,9 persen responden mengalami kemelekatan psikologis terhadap platform ini.
Sebagai tambahan, sebagian kecil pengguna YouTube (2,4 persen) mengakui mengalami ketagihan ekstrem, sementara 18,5 persen mengalami tingkat ketagihan yang lebih rendah. Meskipun demikian, mayoritas responden tidak mengalami ketagihan parah.
Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih cenderung menyukai konten hiburan daripada membaca. Data dari UNESCO menunjukkan bahwa hanya 0,001 persen penduduk Indonesia yang memiliki minat membaca, yang berarti hanya satu dari seribu orang Indonesia yang aktif membaca.
Menurut Austin Rausch, seorang konselor klinis yang berspesialisasi dalam masalah kecanduan hingga depresi, penggunaan berlebihan YouTube dapat menyebabkan ketergantungan karena daya tarik platform, rekomendasi yang disesuaikan, dan keberagaman konten yang terus-menerus.
Rausch menjelaskan bahwa sifat adiktif YouTube dapat terkait dengan pelepasan hormon dopamin di otak, yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan.
Dia juga menyebutkan bahwa fitur putar otomatis dan algoritma rekomendasi pada YouTube dapat semakin memperkuat siklus ketergantungan ini.
Menuju Era Digital: Dominasi Media Sosial dan Dampak Psikologis di Indonesia
Dalam konteks ini, studi terperinci menyoroti bahwa fenomena YouTube memberikan dampak psikologis signifikan, dengan hampir 21 persen responden melaporkan kemelekatan terhadap platform ini.
Meskipun adanya risiko ketagihan, sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih konten hiburan dibandingkan membaca, menggambarkan pergeseran perilaku dalam konsumsi informasi digital.