Dalam upaya untuk mencapai manfaat berkelanjutan dalam berbagai aspek, bisnis berkelanjutan menjadi pilar utama dalam perjalanan Aruna dan Nafas. Namun, tantangan-tantangan pada tahap awal tidak bisa dianggap enteng.
Dalam artikel ini, kita akan melihat perjalanan mereka dalam menghadapi kendala industri yang tidak populer, masalah infrastruktur, serta pentingnya kesadaran masyarakat. Kami juga akan merinci komitmen pemerintah terhadap agenda keberlanjutan yang mendorong perubahan.
Perjuangan Startup Perikanan dan Kualitas Udara di Era Berkelanjutan
Dalam upaya memberikan manfaat yang luas dan berkelanjutan dari berbagai aspek seperti lingkungan, kesehatan, sosial, hingga ekonomi, bisnis berkelanjutan adalah prinsip yang sangat ditekankan oleh Aruna dan Nafas dalam menjalankan operasional bisnis mereka.
Tantangan yang mereka hadapi dalam mencapai tujuan manfaat yang luas ini, terutama pada awal berdirinya bisnis, menjadi fokus perbincangan Aruna dan Nafas, yang juga diungkapkan oleh Chief Sustainability Officer, Aruna Utari Octavianty.
Sebagai startup di sektor perikanan, Aruna menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Aruna Utari menjelaskan, “Pertama, dari perspektif industri perikanan, industri ini bukanlah industri yang populer.” Menurutnya, kurangnya popularitas industri perikanan di Indonesia berdampak pada minimnya infrastruktur pendukung untuk sektor ini.
Ini menjadi masalah ketika mereka mencoba mengenalkan aplikasi kepada para nelayan. Salah satu tantangannya adalah bahwa banyak nelayan tidak memiliki akses internet karena infrastruktur di daerah mereka masih kurang.
“Ketika kami datang kepada para nelayan dan berbicara tentang aplikasi yang dapat membantu mereka dalam penjualan, banyak dari mereka menolak karena mereka merasa bahwa aplikasi itu tidak akan memberi manfaat apa pun bagi mereka,” ungkap Utari.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi Aruna pada tahap awal adalah masalah kualitas. Nelayan seringkali memiliki pemahaman bahwa menangkap banyak ikan berarti akan mendapatkan pendapatan lebih banyak. Namun, Aruna menegaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, terutama jika tidak memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam menangkap ikan.
Metode penangkapan yang tidak sesuai dapat merusak ekosistem laut tempat para nelayan bekerja, selain juga mengakibatkan rendahnya kualitas ikan yang ditangkap.
Selanjutnya, Aruna juga menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan digitalisasi ke dalam praktik nelayan yang sudah sangat tradisional. Menurut Utari, memperkenalkan teknologi ke para tokoh kunci dalam industri perikanan memerlukan usaha ekstra, karena budaya dan praktik mereka masih sangat tradisional.
Menaklukkan Tantangan Perikanan dan Polusi Udara: Kisah Aruna dan Nafas
Pada sisi lain, Nafas, yang berfokus pada kualitas udara, juga menghadapi berbagai tantangan pada tahap awal pendiriannya. Salah satunya adalah memperluas data dan membangun jaringan yang kuat. Saat ini, Nafas telah hadir di 15 kota dan hampir 200 titik.