Pertama, banyak perusahaan keluarga mengalami penurunan bisnis secara signifikan dan kesulitan dalam bertransformasi digital. Kondisi keuangan perusahaan di masa pandemi yang membuat pendapatan menurun tidak memungkinkan perusahaan untuk transformasi digital sehingga akhirnya membuat perusahaan kesulitan untuk menjangkau pelanggan yang saat ini sudah ramai berselancar di saluran digital.
Kedua, pelayanan kepada konsumen yang masih belum terdigitalisasi dan mengandalkan proses manual memakan biaya yang lebih besar. Hal ini juga diperparah dengan sistem kerja dan infrastruktur yang masih manual menyebabkan ketidaksiapan karyawan untuk menunjang kerja jarak jauh di masa pandemi.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah pemimpin perusahaan keluarga yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya transformasi digital yang berdampak kepada lambatnya strategi digitalisasi perusahaan. Pemimpin perusahaan masih kurang memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung proses operasional sehari-hari.
Ketiga, tantangan terkait kesehatan fisik maupun mental karyawan, serta membenahi budaya dan cara berpikir karyawan yang masih konvensional.
Adapun yang keempat adalah tantangan dalam perencanaan dan penerapan manajemen suksesi yang belum maksimal, dan penerapan sistem tata kelola perusahaan yang profesional.