Musisi legenda Amerika, Tony Bennett, meninggal pada usia 96 tahun, hanya beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-97. Kabar tentang kematian Bennett dikonfirmasi oleh humasnya, Sylvia Weiner, dan menyebutkan bahwa ia meninggal di kampung halamannya di New York, AS.
Bennett meninggalkan warisan musik yang tak terlupakan, dengan lebih dari 70 album dan 19 penghargaan Grammy. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup dan karier Bennett, serta kenangan tentang musisi hebat ini
Rekor Tertinggi! Album Tony Bennett & Lady Gaga Puncaki Tangga Lagu AS
Tony Bennett, musisi legendaris terkemuka dari Amerika, telah meninggal dunia pada hari Jumat, 21 Juli 2023. Dengan nama lengkap Anthony Dominick Benedetto, ia wafat pada usia 96 tahun, hanya dua minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-3 pada 3 Agustus.
Kabar meninggalnya Bennett dikonfirmasi oleh humasnya, Sylvia Weiner, kepada Associated Press. Menurutnya, Bennett meninggal dunia di kampung halamannya di New York, Amerika Serikat (AS). Meskipun penyebab kematian tidak diungkapkan secara khusus, diketahui bahwa Bennett telah didiagnosis menderita penyakit Alzheimer sejak tahun 2016.
Sebagai seorang penyanyi solo yang luar biasa di pertengahan abad ke-20, Bennett selalu menyatakan bahwa ambisinya sepanjang hidup adalah menciptakan katalog hit daripada hanya sekadar mencetak hit rekaman.
Sebelum meninggalkan dunia, Bennett berhasil merilis lebih dari 70 album, yang mengantarkannya meraih 19 penghargaan Grammy, dan ia dikenal mendapat cinta dan dukungan yang tulus dari para penggemar dan rekan-rekan seniman.
Bennett juga memberikan sumbangsih besar dalam warisan lagu-lagu klasik Amerika. Karyanya yang terkenal “I Left My Heart In San Francisco” telah menghiasi kariernya selama beberapa dekade dan membuatnya dihormati oleh berbagai musisi AS, mulai dari Frank Sinatra hingga Lady Gaga.
Lahir dari keluarga imigran Italia, Bennett mengalami masa sulit ketika ayahnya meninggal dunia ketika ia masih berusia 10 tahun, sehingga keluarganya mengalami kesulitan keuangan.
Pada masa remajanya, Bennett bekerja sebagai pelayan dan penyanyi sebelum akhirnya mendaftar untuk belajar musik dan melukis di Sekolah Seni Industri New York.
Kisah Inspiratif di Balik Kesuksesan Tony Bennett dalam Industri Musik
Pada tahun 1944, ia direkrut menjadi tentara AS untuk bertugas di Prancis dan Jerman menjelang akhir Perang Dunia Kedua. Setelah kembali dari tugas militernya, Bennett tetap berkarir sebagai penyanyi dengan menggunakan nama panggung Joe Bari.
Tak lama kemudian, Bennett menjadi ikon remaja dan merilis album debutnya pada tahun 1952. Ia terus mencatat kesuksesan dalam tangga lagu AS setiap dekade dalam hidupnya, dengan lagu-lagu hits seperti “Blue Velvet” dan “Rags to Riches”.
Seiring berjalannya waktu, Bennett membangun reputasi sebagai pencipta hits pop yang abadi dan kemudian berkolaborasi dengan berbagai grup musik dan artis terkemuka.
Selama hidupnya, Bennett juga berduet dengan sejumlah artis muda, termasuk Amy Winehouse, Ratu Latifah, dan Diana Krall; serta berkolaborasi dengan tokoh-tokoh ternama seperti Paul McCartney, Elton John, dan George Michael dalam album tahun 2006 berjudul “Duets: An American Classic”.
Pada tahun 2014, album kolaborasinya dengan Lady Gaga, “Cheek to Cheek”, mencatat sejarah baru dengan menjadi album dari seorang artis tertua yang mencapai puncak tangga lagu AS, memecahkan rekor Bennett sendiri.
Empat tahun setelah didiagnosis menderita Alzheimer, Bennett menggelar pertunjukan terakhirnya bersama Gaga. Saat itu, ia memposting di media sosial dengan kata-kata, “Hidup adalah anugerah – bahkan dengan Alzheimer.” Selamat jalan, Tony. Karya-karyamu akan abadi selamanya.
Warisan Tak Terlupakan Tony Bennett: Suara yang Abadi dalam Ingatan
Pada tahun 2016, diumumkan bahwa Bennett menderita penyakit Alzheimer. Meskipun menghadapi tantangan ini, Bennett terus memberikan kontribusi dalam dunia musik dengan pertunjukan terakhirnya bersama Lady Gaga pada tahun 2018.
Melalui media sosial, ia menyampaikan bahwa “Hidup adalah anugerah – bahkan dengan Alzheimer.” Pesan itu mencerminkan semangatnya yang penuh kebijaksanaan dan ketabahan dalam menghadapi masa sulit.
Meskipun fisiknya tiada, karya-karyanya akan terus hidup dalam ingatan kita dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah musik.