Berbeda halnya dengan musibah tsunami Palu yang terjadi pada 28 September 2018. Saat itu, Madhi Roeiji melihat ada banyak mayat-mayat bergeletakan. “Daratan jadi basah semuanya. Temanku bilang, ini tanda banjir besar tapi aku rasa bukan yah. Ini kayak lebih ke tsunami,” kenangnya.
Dari situ, lambat laun Madhi Roeiji aktif menggambar sesuai penglihatannya. Sampai seorang teman pernah nyeletuk agar dirinya mengunggah gambar penglihatan tersebut ke media sosial.
“Kata teman-teman, kenapa kamu cerita ke kita doang. Tapi nggak kasih tahu orang lain, mulai dari situ aku share deh. Aku gambar dan share,” ucap Madhi Roeiji. ( ed )