Keempat, sifat perfeksions sangat berisiko merusak kesehatan. Dalam beberapa kasus, perfeksionisme dianggap sebagai masalah psikologis. Selain itu, perfeksionis juga dapat membahayakan kesehatan fisik. Bayangkan saja berapa jam tidur dan makan yang dilewatkan untuk mencapai hasil kerja yang sempurna. Tentunya ini memiliki potensi merusak Kesehatan.
Kelima, yang akan terjadi, jika mengharuskan seseorang itu sempurna, maka akan menyia-nyiakan waktu dan peluang yang berharga. Alasan utama para ahli melarang pengusaha untuk menjadi perfeksionis, adalah karena dapat membuang waktu dan peluang berharga. Perfeksionis membuat pengusaha menghabiskan terlalu banyak waktu untuk merencanakan dan menyempurnakan produk sebelum meluncurkannya. Selalu luncurkan bahkan sebelum dirasa siap, karena itulah satu-satunya cara untuk mengumpulkan umpan balik berharga yang akan membantu meningkatkan kualitas produk
Keenam, Jika apa yang diharapkan gagal, akan hancur berkeping keping. Karena perfeksionis menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri, risiko kegagalan besar juga sama tingginya. Sudah banyak kasus orang yang memilih mengakhiri hidupnya, karena merasa telah melakukan semuanya dengan sempurna namun tetap gagal.
Ketujuh, tidak akan terbuka untuk berkompromi. Fleksibilitas adalah sifat yang sangat langka di antara orang yang keras kepala dan perfeksionis idealis. Namun di kalangan wirausahawan, bersikap fleksibel sangat diperlukan. Pengusaha hebat harus cepat beradaptasi dengan perubahan realitas bisnis. Menjadikannya inovator dan pemikir kreatif yang lebih baik daripada kebanyakan perfeksionis.
Alasan Kedelapan, adalah , akan lebih menghindari risiko. Memikirkan tentang kegagalan dapat menghalangi pengambilan langkah berikutnya. Pengusaha sukses, berkembang dengan belajar dari kesalahan dan terus maju. Dan hampir semuanya mengalami kegagalan besar di sepanjang jalan.
Sementara itu, aslasan kesembilan adalah dianggap ‘monster’ oleh rekan kerja dan karyawan. Ini pasti Anda tahu dan juga merasakannya. bahwa perfeksionisme yang tak terkendali dapat mengubah seorang pengusaha menjadi seperti ‘monster’. Ada kecenderungan untuk menolak orang yang tidak sesuai dengan tuntutan standar yang ditetapkan sendiri.
Sedang alasan terakhir yaitu tdak akan menemukan kebahagiaan sejati. Profesor riset Brene Brown mengatakan, jika ingin Bahagia maka berhentilah berusaha menjadi sempurna. Dalam dunia bisnis yang serba cepat, lebih baik membidik keunggulan, daripada berusaha keras menuju kesempurnaan. Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menyempurnakan bisnis sama sekali tidak memiliki tempat di era bisnis digital seperti saat ini. ( fida )