MEMO – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul dengan memastikan setiap pelajar dari SD hingga SMA mendapatkan asupan gizi berkualitas demi tumbuh kembang yang optimal.
Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dr. Muhammad Taufiq, DEA, menyoroti berbagai tantangan dalam pelaksanaan program MBG. Menurutnya, Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu mengatasi berbagai hambatan agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar.
Salah satu tantangan utama yang mendasari pentingnya MBG adalah tingginya angka prevalensi stunting, yang meskipun sudah menurun, masih berada di angka 21,6 persen. Angka tersebut harus diturunkan hingga mencapai 14 persen agar Indonesia dapat mewujudkan generasi yang lebih sehat dan kuat.
“Program MBG hadir untuk memastikan bahwa pelajar mendapatkan makanan sehat dan bergizi demi terciptanya generasi yang lebih kuat dan siap menghadapi masa depan,” ungkap Taufiq. Ia menegaskan bahwa dukungan dari semua pihak sangat penting agar program ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan negara.
Eddy Henry dari Tanoto Foundation memberikan apresiasi kepada LAN atas kerja sama dalam mewujudkan SDM unggul melalui pelatihan ASN. Ia menekankan bahwa pendidikan dan kesehatan adalah kunci utama dalam pembangunan bangsa, mulai dari usia dini hingga profesional.
“Kami mendukung penuh LAN dalam mengembangkan kompetensi ASN yang akan membantu kami dalam membangun generasi yang berdaya saing,” kata Eddy. Program MBG juga akan memberikan akses pangan bergizi kepada kelompok rentan, mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Pada acara Virtual Public Lecture ASN Talent Academy Xplore (VPL ATA X) yang mengangkat tema “Kesiapan dan Tantangan Program Makan Bergizi Gratis”, yang digelar pada Selasa (25/2), Kepala Badan Gizi Nasional, Dr. Ir. Dadan Hindayana, menjelaskan betapa pentingnya program MBG, terutama untuk keluarga miskin dan rentan miskin. Program ini direncanakan mencakup 89,9 juta orang, dengan harapan dapat menciptakan generasi yang tumbuh dengan optimal.