Memo.co.id
Meski tahun berganti, di tahun 2021 ini, era pandemi akibat virus ovid 19, harus dihadapo dengan semangat tinggi. Semangat hidup menjadi toplok ukur dari kebangkitan ekonomi bangsa Indonesia. Dunia usaha, harus menjadi ebih inovatif untuk melahirkan lapangan kerja baru.
Tak terkecuali dalam bisnis rumahan. Bagaimanbapun juga, bisnis kecil rumahan, menjadi pondasi binis usaha kecil dan bisa berkembang menjadi bisnis rintisan, vahkan menjadi UMKM yang lebih besar. Terutama bila semua jenis bisnis rumahan tersebut dikelola dengan baik dan memenuhi kaidah manajemen usaha yang bagus.
Setidaknya, dari catatan Memo, ada empat visnis rumahan yang tetap moncer di tahun 2021 ini. Analisa bisnis rumahan ini berdasar wawancara serta analisa dari beberapa artikel berita yang terbukti moncer dalam bisnis skala kecil di tahun 2020 dan tahun 2021.
1. Bisnis Makanan Beku.
Bisnis makanan tidak akan habisnya. Hanya saja, di era pandemo Covid-19 ini, setiap orang akan memilih milih jenis makanan yang sehat dan tetap higienie serta murah. Mengapa harus murah, ekonomi lagi krisis. Tentu saja belanja berkurang, kebutuhan banyak disiasati oleh setiap indifidu agar bisa surfive.
Maka, pilihan jatuh pada makanan jenis frozen. Selain bersih dan nhigienes, juga tahan lama dan bisa dip[akai untuk esok hari. Jika dibanding dengan keuangan di masa pandemi, setiap orang akan memilih jenis makanan ini, jika bisa dikonsumsi pada lain hari.
Kala bisnis lain berjatuhan, kenyatannya bisnis makanan beku atau frozen food, malah melejit. Pelau di bisnis ini juga kian banyak.Masyarakatpun tertarik frozen food karena mudah dimasak di rumah. Penyajiannyapun juga mudah dan selalu hangat.
Ronal Mediansyah, adalah salah satu contoh dari beberapa penjual makanan beku di ibu kota. Sebelumnya, ia memiliki bisnis team building dan outdoor games provider. Bisnisnya sendiri sudah kolap akibat PSBB. Keinginan menjalankan bisnis makanan frozen food juga tidak sesederhana yang dipikirkan. Namun, berkat ketelatenan akhirnya bisnis makanan beku itu mincer juga di era pandemi.
Beberapa makanan yang dijual dengan model frozen food , diantaranya adalah kambung guling, seafood, burger, kebab, dan ebi tempura. Modalnya hanya sekitar Rp 10 juta. “Modal awal dan costnya itu tidak terlalu tinggi , nah omzetnya sekitar Rp 20 jutaan,” kata Ronal.
2. Bisnis Sepeda Bekas Bisa Laris
Tidak perlu mulus mulus untuk bisnis di era pandemi. Nyatanya, dengan jualan sepeda bekas, permintaannya sangat tinggi. Hisup sehat memngkinak setiap orang diharuskan berolahraga sederhana. Diantaranya adalah sepeda.
Fenomena sepedahan, mulai terasa setelah Lebaran 2020, tepatnya sejak bulan Juni 2020, di mana kebijakan PSBB mulai dilonggarkan. Fenomena tersebut juga menyebabkan permintaan sepeda semakin tinggi. Tidak saja sepeda baru, sepeda bekaspun laris manis di semua pedagang sepeda .
Salah satu pusat penjualan sepeda di Ibu Kota, yakni Pasar Rumput yang berlokasi di Jakarta Selatan pun diserbu. Mulai dari masyarakat yang menggunakan sepeda langsung untuk dirinya, sampai para pedagang toko sepeda pinggiran juga menyerbu Pasar Rumput untuk mengisi kekosongan stok di tokonya.
Tak hanya di Ibu Kota, para pedagang sepeda di Kota Bandung juga diserbu masyarakat. Sumitro,pedagang sepeda di Jalan Veteran Kota Bandung mengatakan, penjualannya naik lebih dari 100% pada Juni 2020 lalu, sehingga omzetnya tembus ratusan juta rupiah.
3. Bisnis Rumahan Tanaman Hias
Ini yang tidak bis adipungkiri. Setiap orang tidak akan betah tinggal di rumah, hanya dengan rebahan saja. Otomatis setiap indivifu akan mengisi kegiatan kegiatan ringan. Diantaranya adalah mempercantik pemandangan rumah mereka. Tanaman hias, menjadi pilihan utama mereka dalam mengisi kekosongan aktifitas di era pandemi Covid 19.
Adapun jenis tanaman hias yang marak dicari mulai dari monstera, philodendron, anthurium, syngonium, dan sebagainya. Beberapa jenis tanaman hias ringan dengan harga murah juga tidak luput dari buruan semua orang. Yang penting, bagi mereka adalah menanam tanaman hias di sekitar rumahnya.
Pedagang tanaman hias di Jakarta, Mas Ayu Febiryanti atau Ayu yang juga menjual tanaman hias dengan jenis-jenis yang sebagian besar sama, turut mengalami lonjakan omzet di tengah pandemi COVID-19 ini. Omset tertingginya ada di bulan Mei 2020, yang tembus hingga 10 kali lipat yakni Rp 500-600 juta.
Selain para penjual tanaman hias ukuran besar itu, seorang penjual tanaman hias ukuran kecil atau jenis sukulen yang bernama Putri Nabila juga merasakan peningkatan omzet di tengah pandemi. Pemilik toko @Succuland_ itu mengatakan, omzetnya naik 2 kali lipat dalam beberapa bulan terakhir.
Putri Nabila menjelaskan pertama kali fokus menjual sukulen dimulai pada Februari 2020. Ia mulai berjualan sukulen bersama temannya, Tasya Shafira. Katanya di awal-awal penjualan dengan modal Rp 500.000, ia memerlukan waktu 2 bulan sampai balik moda.
“Di toko saya awalnya pas belum nge-tren 2 bulan untuk balik modal. Tapi sekarang nge-tren 2 minggu sudah balik modal,” ujarnya. Tak hanya penjual tanaman hias, penjual pot pun turut kena rezeki ‘nomplok’ di tengah pandemi.
4. Ikan Cupang Jadi Cuan
Cuan dtang dari bisnis cupang. Bisnis jenis ikan cupang juga melejit di tengah pandemi. Hal itu menyebabkan para pegiat sekaligus ikan cupang bisa menerima omzet ratusan juta dari ikan mungil ini. Septian Dwi Suryana, salah satu breeder ikan cupang mengaku, omzet rata-ratanya per bulannya saat
ini mencapai Rp 300 juta per bulan. Bahkan, dia mengaku sering kewalahan melayani masyarakat penggemar ikan hias. Mungkin penggemar ikan kian banyak saat mereka harus banyak tinggal di rumah di masa pandemi Covid 19.
Sementara, kalau ikan dijual saat masih kecil berpotensi mengurangi keuntungannya. “Kalau kita jual kecil rugi. Kalau kita tahan 2-3 minggu misal kecil Rp 200 ribu, kita tahan 2-3 minggu Rp 750 ribu-Rp 1 juta,” katanya. Rata rata dia menjual kelas premium. Menurutnya, omzet Rp 300 juta itu setara dengan penjualan 250 hingga 300 ikan cupang.
Tak hanya sebagai peternak, perantara jasa lelang juga mendapat untung dari hebohnya ikan cupang ini. Erik Ermawan misalnya, lewat jasa lelang ikan cupang bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan. “Kalau omzet bulan kemarin dari jasa lelang, kan ada jasa lelang dan ikan sendiri itu kemarin kurang lebih Rp 25-30 juta,” katanya. ( ed )