Memo.co.id
Menurut Arief Poyuono, teman-temannya merasakan adanya pandangan negatif terhadap UGM. “Katanya malu,” ujar Arief Poyuono, menirukan respons yang ia dengar. Kondisi ini, lanjutnya, secara tidak langsung menurunkan citra UGM sebagai kampus top.
“Katanya universitas abal-abal, mirip universitas yang di ruko-ruko,” imbuh Arief Poyuono, menggambarkan persepsi miring yang mulai berkembang. Lebih jauh, ia juga menyebutkan adanya kekhawatiran dari calon mahasiswa bahwa mereka akan mendapatkan pendidikan yang salah.
Baca Juga: Pendidikan Dasar Gratis Disahkan MK, Istana Tunggu Arahan Prabowo Subianto
“Katanya nanti diajari menjadi penipu ulung negara,” ucap Arief Poyuono, merefleksikan kecemasan akan kualitas dan integritas pendidikan.
Pilihan Beralih ke Luar Negeri
Baca Juga: Dedi Mulyadi Kritik Keras Birokrasi dan Pendidikan Jawa Barat, "Jangan Bodohi Murid"
Dampak dari isu ini, menurut Arief, mendorong beberapa calon mahasiswa untuk mempertimbangkan opsi pendidikan di luar negeri. “Lebih terhormat kuliah di luar negeri,” ucap Arief Poyuono, menunjukkan bahwa sebagian kalangan merasa pendidikan di luar negeri menjadi pilihan yang lebih menjanjikan dan terbebas dari isu-isu negatif semacam ini.
Pandangan ini mencerminkan betapa isu ijazah dapat berpengaruh pada reputasi institusi pendidikan dan pilihan studi bagi generasi muda. Ijazah Palsu Jokowi, Citra UGM, Arief Poyuono Jokowi
Baca Juga: Pameran Pendidikan 2025 Wadah Ekspresi Potensi Siswa Resmi Di Buka Bupati Lamongan Yuhronur Efendi












