Example floating
Example floating
Travel

Sangu Disinfektan hingga Blusukan

×

Sangu Disinfektan hingga Blusukan

Sebarkan artikel ini
Sangu Disinfektan hingga Blusukan
Example 468x60

[ad_1]

CHRIS dan Budi memastikan olahannya punya mutu baik, mulai hulu hingga hilir. Proses belanja pun mereka tangani sendiri. Keduanya mengakui, pasar tradisional seperti Pasar Keputran dan Pasar Turi tetap menjadi jujukan utama. Terutama untuk membeli bahan segar dan bumbu.

“Saya punya langganan yang barangnya bagus, orangnya juga bersih. Jadi kalau ke sana, ya langsung ke mereka. Soalnya, di pasar kan yang pakai (masker) 30 persen, sisanya kita enggak tahu,” ungkap Chris.

Dia juga tidak ragu putar balik jika pasar yang dituju dalam kondisi ramai. “Pernah, sudah datang jauh-jauh ke Pasar Turi, ternyata rame banget. Saya akhirnya pulang, cari tempat lain,” paparnya.

Budi sependapat. Pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama meski tingkat protokol kesehatannya masih di bawah supermarket. Dalam belanja, dia dan asistennya sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar tak bersaing dengan pembeli lain.

“Berangkat udah lengkap. Selain masker, kami juga pakai sarung tangan, pakaian berlapis, dan alas kaki tertutup,” ungkapnya. Sebelum masuk mobil, Budi pun menyemprot belanjaan dan dirinya dengan disinfektan.

Berburu bahan makanan tak cuma di pasar. Dua juru masak itu juga blusukan demi mencari bahan makanan dengan kualitas dan harga terbaik. Khusus keju mozzarella, misalnya, Budi mendatangkan langsung dari pabrik. Dia sempat menjajal keju yang dibeli di swalayan, mulai beragam merek hingga range harga.

’’Pas disajikan untuk topping dan dimakan bareng dish utama, rasanya terlalu asin. Makanya, saya beli langsung (dari pabrik). Memang harus beli banyak, tapi harganya lebih baik. Dan cocok dengan masakan saya,” ungkapnya.

Chris juga punya cerita sendiri. Dia mengunjungi kota tetangga untuk mencari ayam kampung. Dia pernah menyisir Gresik hingga Blitar. ’’Pernah saya ke Kasembon, harganya tinggi sekali. Pas Lebaran, satu ayam ditawarkan Rp 65 ribu. Pusing saya,” ungkapnya.

Dia pun pernah melipir ke peternakan ayam kampung di Blitar. Namun, harganya belum cocok. Chris mendapatkan penyuplai ayam di Gresik. ’’Satu kampung memang orangnya pelihara ayam kampung. Tiap pukul 03.00 saya berangkat, ngumpulin ayam, lalu dibawa ke RPH. Sampai di rumah, siap masak,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.