Dari tanya jawab tersebut, dapat ditarik kebutuhan paling dominan untuk segera direalisasikan, dan jenis alsintan itu berupa transplanter. Tetapi jenis yang satu ini juga harus digodok terlebih dahulu untuk diketahui sejauhmana kebutuhan alsintan jenis transplanter ini di Kediri.
Selain itu, Abdul Majid juga menjelaskan masalah teknis yang selalu menjadi alasan global dari para petani, terutama saat menjalankan mesin. Beberapa petani sempat mengeluhkan kondisi mesin yang kurang bersahabat untuk membantu areal pertanian mereka, tetapi dengan transparan, Abdul Majid menjelaskan kondisi para petani didaerah lain yang mampu menggunakannya dengan tepat dan benar, itu semua perlu skill bukan hanya mengandalkan otot saja, terutama saat menghadapi tanah yang padat atau posisi sawah yang menggunakan teras siring.
Abdul Majid juga meminta kesadaran para petani untuk menyadari kemampuan skill masing-masing dan tidak memaksakan bila tidak mampu menguasai mesin dari berbagai jenis yang sudah diperbantukan pemerintah. Ketidakmampuan skill bisa dicari solusinya, yaitu mencari orang tepat untuk menjalankan mesin tersebut dengan benar.
Kapten Chb Mulyono juga angkat bicara masalah kondisi alam yang tidak bisa diprediksi secara tepat, seperti hujan yang bisa datang sewaktu-waktu atau justru sebaliknya, berbulan-bulan tanpa turun hujan, semua itu bukan berarti harus menyalahkan siapa dan siapa yang patut disalahkan, tetapi mencari solusi yang tepat, karena alam tidak bisa diatur manusia. Petani harus membaca alam, bukan malah melawan alam, untuk itu pengetahuan sektor pertanian harus dicerna dan dipraktekan secara nyata dilapangan.(bs/eko)