Ketiga, pembahasan mengenai klasifikasi tanaman kratom, di mana masih terdapat perbedaan pandangan antara BNN dan hasil riset dari BRIN.
“Kami perlu memastikan kondisi sebenarnya dari tanaman kratom ini, termasuk kandungannya yang dapat berpengaruh pada kesehatan. BRIN telah diminta untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan perspektif yang akurat,” papar Moeldoko.
Menurut Moeldoko, perdagangan kratom memiliki prospek yang menjanjikan karena mampu menjadi penopang ekonomi bagi lebih dari 18.000 keluarga di Indonesia.
Rapat tersebut juga dihadiri oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Perdagangan Kratom: Tinjauan dan Prospek di Indonesia
Rapat tersebut menyoroti perlunya standarisasi yang lebih ketat dalam pengembangbiakan kratom untuk memastikan kualitasnya terjaga dan keamanannya terjamin dalam perdagangan internasional. Selain itu, upaya untuk merumuskan regulasi yang jelas menjadi fokus utama, agar perdagangan kratom dapat berlangsung dengan teratur dan adil bagi semua pihak terlibat.
Terakhir, perbedaan pandangan antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dan hasil riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami secara menyeluruh potensi dan risiko dari tanaman kratom ini. Dengan prospek ekonomi yang menggembirakan, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya mendukung ekonomi tetapi juga melindungi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.