Example floating
Example floating
Berita

Rahasia Terungkap! Strategi Hebat Bikin Ekonomi Kuat di Masa Sulit!

×

Rahasia Terungkap! Strategi Hebat Bikin Ekonomi Kuat di Masa Sulit!

Sebarkan artikel ini
Rahasia Terungkap! Strategi Hebat Bikin Ekonomi Kuat di Masa Sulit!
Rahasia Terungkap! Strategi Hebat Bikin Ekonomi Kuat di Masa Sulit!
Example 468x60

MEMO

Ekonom dan bankir Indonesia memberikan peringatan penting kepada pemerintah terkait urgensi pelaksanaan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) guna menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak saat ini.

Artikel ini akan merangkum pandangan mereka seputar strategi yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti depresiasi nilai tukar rupiah dan keluarnya modal asing, serta bagaimana kombinasi kebijakan moneter dan fiskal menjadi kunci dalam menjaga perekonomian Indonesia.

Kombinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal: Kunci Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom dan bankir Indonesia mengingatkan pemerintah agar segera mengimplementasikan belanja yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan cepat. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak yang terjadi saat ini, seperti depresiasi nilai tukar rupiah dan keluarnya modal asing akibat sentimen negatif dari pelaku pasar keuangan terhadap kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.

Mereka juga menekankan pentingnya pengendalian stabilitas tidak hanya bergantung pada kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menekankan bahwa kebijakan moneter saja tidak cukup. Dukungan fiskal juga diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diungkapkannya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia pada Selasa, 10 Oktober 2023.

Menurut Andry, BI dapat fokus pada pengendalian pasokan dolar di tengah tekanan yang terjadi pada neraca transaksi berjalan akibat keluarnya modal asing dan penurunan surplus neraca perdagangan. Pasokan dolar menjadi sangat penting saat ini, dan tidak bisa hanya diatur melalui kebijakan moneter yang sejalan dengan The Federal Reserve Amerika Serikat.

Andry juga menekankan bahwa kebijakan moneter ketat seperti yang diterapkan di Amerika Serikat tidak bisa langsung diadopsi oleh BI. Ini disebabkan oleh tingkat inflasi yang rendah di Indonesia, berbeda dengan Amerika Serikat.

Di samping itu, Indonesia masih membutuhkan peningkatan daya beli untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di atas 5% ke depan.

Dalam konteks ini, Andry mengungkapkan pentingnya memastikan bahwa pasokan valuta asing tetap ada di pasar domestik, bahkan ketika terjadi tekanan arus keluar modal. Hal ini akan memungkinkan BI untuk melakukan intervensi dan menjaga cadangan devisa dengan baik, sehingga dapat digunakan untuk mengintervensi nilai tukar.

Selain itu, untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi, Andry berpendapat bahwa pemerintah harus memanfaatkan APBN dengan optimal. Terutama karena Indonesia akan memasuki tahun Pemilihan Umum atau Pilpres 2024, di mana biasanya investor akan menahan investasinya. Oleh karena itu, akselerasi belanja negara menjadi sangat penting.

Bank Indonesia dan Pemerintah: Kolaborasi Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Andry menjelaskan bahwa defisit fiskal saat ini sudah dapat dikendalikan dengan baik dan berada pada tingkat yang rendah, yaitu sekitar 2%. Oleh karena itu, ada ruang untuk meningkatkan belanja dalam APBN saat ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan daya beli masyarakat Indonesia.

Dalam konteks belanja APBN, Andry mencatat bahwa hingga bulan Agustus, realisasi belanja masih sekitar 55% dari target, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 61%. Dengan pola belanja yang ada, ia berharap defisit fiskal APBN bisa lebih rendah dari 2,3% pada tahun depan. Hal ini dapat dilakukan melalui akselerasi belanja dalam bidang-bidang seperti bantuan sosial dan sebagainya.

Branko Windoe, Senior Executive Vice President Treasury and International Banking BCA, menambahkan bahwa untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi, penting bagi BI dan pemerintah untuk menjaga imbal hasil dari instrumen-instrumen yang menarik aliran modal.

Ini mencakup menjaga imbal hasil instrumen yang memberikan hasil investasi yang cukup menarik bagi investor, terutama dalam hal perbedaan suku bunga.

Sebagai catatan, realisasi belanja negara dalam APBN pada bulan Agustus 2023 mencapai Rp 1.674,7 triliun, naik tipis 1,1% dibandingkan dengan Agustus tahun sebelumnya. Hingga bulan Agustus, pemerintah baru telah menghabiskan 54,7% dari pagu belanja tahun 2023.

Pada Agustus 2023, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp 1.170,8 triliun, terdiri dari belanja kementerian dan lembaga (K/L) serta belanja non-K/L. Belanja non-K/L mencapai Rp 589,1 triliun, namun mengalami penurunan sebesar 2,20% dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, realisasi belanja K/L pada Agustus 2023 naik sebesar 0,99% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp 581,6 triliun.

Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi: Kombinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal

Penting juga untuk menjaga imbal hasil dari instrumen-instrumen yang menarik aliran modal, sesuai dengan pandangan Senior Executive Vice President Treasury and International Banking BCA, Branko Windoe. Ini akan membantu dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Dengan demikian, kombinasi bijak antara kebijakan moneter dan fiskal menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks saat ini.

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.