Ekonom dan bankir Indonesia memberikan peringatan penting kepada pemerintah terkait urgensi pelaksanaan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) guna menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak saat ini.
Artikel ini akan merangkum pandangan mereka seputar strategi yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti depresiasi nilai tukar rupiah dan keluarnya modal asing, serta bagaimana kombinasi kebijakan moneter dan fiskal menjadi kunci dalam menjaga perekonomian Indonesia.
Kombinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal: Kunci Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi
Para ekonom dan bankir Indonesia mengingatkan pemerintah agar segera mengimplementasikan belanja yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan cepat. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak yang terjadi saat ini, seperti depresiasi nilai tukar rupiah dan keluarnya modal asing akibat sentimen negatif dari pelaku pasar keuangan terhadap kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
Mereka juga menekankan pentingnya pengendalian stabilitas tidak hanya bergantung pada kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI).
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menekankan bahwa kebijakan moneter saja tidak cukup. Dukungan fiskal juga diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diungkapkannya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Menurut Andry, BI dapat fokus pada pengendalian pasokan dolar di tengah tekanan yang terjadi pada neraca transaksi berjalan akibat keluarnya modal asing dan penurunan surplus neraca perdagangan. Pasokan dolar menjadi sangat penting saat ini, dan tidak bisa hanya diatur melalui kebijakan moneter yang sejalan dengan The Federal Reserve Amerika Serikat.
Andry juga menekankan bahwa kebijakan moneter ketat seperti yang diterapkan di Amerika Serikat tidak bisa langsung diadopsi oleh BI. Ini disebabkan oleh tingkat inflasi yang rendah di Indonesia, berbeda dengan Amerika Serikat.
Di samping itu, Indonesia masih membutuhkan peningkatan daya beli untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di atas 5% ke depan.
Dalam konteks ini, Andry mengungkapkan pentingnya memastikan bahwa pasokan valuta asing tetap ada di pasar domestik, bahkan ketika terjadi tekanan arus keluar modal. Hal ini akan memungkinkan BI untuk melakukan intervensi dan menjaga cadangan devisa dengan baik, sehingga dapat digunakan untuk mengintervensi nilai tukar.