Guntur Soekarnoputra, putra pertama Soekarno, juga mengonfirmasi bahwa ayahnya memang hidup dalam keadaan yang kurang berkecukupan. Dalam sebuah kolom opini yang diterbitkan pada tanggal 26 September 2020, Guntur mengatakan bahwa ayahnya selalu memiliki keuangan yang tipis, bahkan sebelum menjadi Presiden. Dia juga sering meminjam uang dari teman-temannya, termasuk Agoes Moesin Dasaad.
Sejarawan Indonesia, Ong Hok Ham, juga menolak klaim mengenai kekayaan besar Soekarno. Dalam tulisannya yang berjudul “Kuasa dan Negara” yang diterbitkan pada tahun 1983, Ong menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang dapat mewarisi kekayaan dari sebuah kerajaan kuno, terutama dalam bentuk emas batangan.
Selain itu, harta kerajaan tersebut juga tidak sebesar yang diperkirakan, dan pada saat itu, Mataram Islam masih memiliki hutang kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie).
Ong juga mencatat bahwa jika Soekarno benar-benar memiliki emas sebanyak yang diklaim, maka dia seharusnya tidak hidup dalam kemiskinan hingga akhir hidupnya. Ini mengindikasikan bahwa cerita tentang kekayaan besar Soekarno yang terkait dengan emas batangan kemungkinan besar tidak benar.
Mengungkap Misteri Kekayaan Soekarno: Fakta vs. Mitos Emas Batangan
Sejarah dan kesaksian langsung dari Soekarno dan putra pertamanya, Guntur Soekarnoputra, menggambarkan seorang pemimpin yang hidup dalam kesusahan finansial. Klaim tentang puluhan ton emas di Bank Swiss tampaknya tidak sesuai dengan realitas kehidupan Soekarno yang sederhana.
Sejarawan Ong Hok Ham juga menunjukkan bahwa mungkin tidak ada dasar yang kuat untuk menganggap klaim ini benar. Jika Soekarno benar-benar memiliki jumlah emas yang besar, dia mungkin tidak akan mengalami kesulitan ekonomi sepanjang hidupnya.
Dengan demikian, cerita tentang kekayaan Soekarno yang terkait dengan emas batangan tampaknya lebih merupakan mitos daripada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.