Menurutnya, remaja itu bahkan belum mendapatkan boarding pass ketika dituduh oleh maskapai akan melakukan skiplagging.
Klarifikasi Sang Ayah: Tidak Pernah Ada Niat Buruk dalam Skiplagging
American Airlines menyimpulkan bahwa sang remaja tidak melanjutkan perjalanan ke New York City karena ia memiliki izin mengemudi di North Carolina. Ketika remaja tersebut tiba di gerbang agen di Florida, petugas maskapai membawanya ke ruang keamanan untuk ditanyai tentang tujuan penerbangannya.
Ayah sang remaja menjelaskan bahwa keluarganya akhirnya harus membeli tiket penerbangan langsung baru dengan harga sekitar US$400 agar anaknya bisa terbang ke Charlotte.
Dia menegaskan bahwa remaja tersebut tidak menyadari kesalahan yang dilakukannya. Keluarga tersebut juga tidak pernah menyalahgunakan tiket skiplagging yang dibeli melalui platform seperti Skiplagged untuk menghemat uang.
“Mengikuti penerbangan hingga mencapai tujuan akhir adalah prinsip kami. Tidak pernah sekalipun, bahkan sampai saat ini, kami melewatkan penerbangan lanjutan atau dengan sengaja melanggar kontrak,” jelas sang ayah.
Dibalik Kontroversi Skiplagging: Remaja AS Dilarang Terbang oleh American Airlines dan Pandangan yang Bertentangan
Kontroversi ini mencerminkan perdebatan tentang etika praktik skiplagging dan bagaimana maskapai menghadapinya. Praktik ini mungkin menguntungkan dari segi harga tiket bagi penumpang, tetapi dapat menyebabkan kerugian bagi maskapai.
Sementara maskapai mengambil tindakan tegas untuk melindungi kepentingan mereka, para penumpang juga mempertahankan pandangan bahwa praktik skiplagging merupakan cara sah untuk mendapatkan tiket dengan harga lebih terjangkau.
Semua ini menimbulkan pertanyaan tentang peraturan maskapai, etika, dan kebebasan penumpang dalam memilih opsi perjalanan mereka.