Penurunan rasio utang valas ini merupakan hasil dari strategi yang diimplementasikan untuk lebih mengandalkan penerbitan utang dalam denominasi rupiah dengan meningkatkan partisipasi investor domestik, baik dari kalangan institusi maupun ritel.
Sementara itu, risiko refinancing, yang mengacu pada rasio jatuh tempo utang dalam 1, 3, dan 5 tahun terhadap total utang serta average time to maturity (ATM), juga dinilai tidak signifikan. Rasio jatuh tempo utang dalam 1 tahun mengalami penurunan dari 8,1 persen pada tahun 2019 menjadi 6,4 persen pada tahun 2021, dan sedikit meningkat hingga mencapai 8,2 persen pada Juni 2023.
Rasio utang jatuh tempo dalam 5 tahun memiliki rata-rata sekitar 41,3%, sementara ATM berada dalam kisaran 8,2-8,6 tahun, yang lebih tinggi daripada target jangka menengah minimal 7 tahun. Oleh karena itu, pemerintah merasa yakin bahwa risiko gagal bayar akan sangat kecil karena terdapat lebih banyak waktu untuk mempersiapkan pemenuhan kewajiban pembayaran.
Terakhir, terkait risiko kekurangan pembiayaan, pemerintah berpendapat bahwa risiko ini kecil dan tidak akan menyebabkan pemerintah gagal memenuhi kebutuhan pembiayaan.
Berdasarkan analisis risiko ini, pemerintah, terutama Kementerian Keuangan di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, telah menetapkan sejumlah strategi untuk mengatasi risiko pembiayaan anggaran. Strategi tersebut antara lain adalah mengoptimalkan pendanaan dari sumber utang dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri hanya sebagai pelengkap.
Selain itu, pemerintah juga akan memprioritaskan penerbitan utang baru dengan tenor menengah panjang dan tingkat bunga tetap serta berusaha untuk diversifikasi pembiayaan, tidak hanya bergantung pada penerbitan SBN, tetapi juga melalui pengembangan pembiayaan kreatif.
Pemerintah Indonesia Siap Hadapi Risiko Pembiayaan Anggaran 2024: Analisis dan Strategi
Dalam menghadapi risiko-risiko tersebut, pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan di bawah pimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, telah merumuskan sejumlah strategi yang berani. Strategi tersebut termasuk optimasi pendanaan dalam negeri, pemanfaatan utang luar negeri secara selektif, serta fokus pada penerbitan utang baru dengan tenor yang lebih panjang dan tingkat bunga yang tetap.
Selain itu, mereka berusaha untuk menciptakan keragaman dalam sumber pembiayaan, tidak hanya bergantung pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), tetapi juga dengan mengembangkan inovasi dalam pembiayaan. Dengan pendekatan ini, pemerintah Indonesia berdiri teguh dalam menghadapi risiko pembiayaan anggaran tahun 2024, memastikan kelangsungan stabilitas keuangan negara dalam waktu yang akan datang.