Surabaya, Memo.co.id
Prostitusi specialis usia anak sekolah, seperti jamur tumbuh di musim hujan. Bedanya jamur terlihats ecara kasat mata. Sedang prostitusi online spesialis usia anak sekolah, tidak nampak terlihat. Hati hati, anak berseragam abu abu di sekitar Anda, menjadi korban mucikari online.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga mengungkapkan, petugas menggrebek seorang pria bernama Ridwan, usia 30 tahun asal Jl Juwingan Surabaya, saat mengantar anak sekolah di Hotel Istana Permata Jl Dinoyo Surabaya. Anak sekolah berinisal Melati, usia 16 tahun itu, dijual ke seorang lelaki hidung belang.
Tugas Ridwan adalah mempromosikan, mencari lelaki hidung belang, menjual hingga mengantarkan ke hotel. Di kamar hotel, korban yang rata rata anak sekolah, disuruh melayani lelaki hidung belang yang sudah memesannya. Sekali kencan, besarnya Rp.800 ribu.
Penawaran dilakukan melalui facebook. “Jika ada lelaki yang berminat, langsung diarahkan untuk menghubungi tersangka melalui chat facebook, BBM, ataupun WhatSapp. Setelah ada kecocokan, ia langsung mengantarkan menemui di hotel,” kata Shinto.
Dari aktivitas prostitusi ini, tersangka mendapat bagian Rp 500.000 dan korban mendapat bayaran Rp 300.000. ” Polisi terus mengembangkan kasus ini, karena masih banyak korbannya,” ujar Shinto.
Di depan penyidik, tersangka Ridwan mengaku belum lama melakukan aktivitas prostitusi yang melibatkan korban anak-anak sekolah. ” Saya baru mengantarkan tamu sekali ini saja,” aku tersangka Ridwan. ( mar )