Proyek ini sempat mengalami penundaan selama beberapa tahun sebelum dimulainya pembangunan pada Desember 2020. Peluncurannya dilakukan menjelang pelaksanaan COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, pada akhir bulan ini.
Selain Reuters dan Nikkei Asia, media Xinhua juga ikut menyoroti peresmian PLTS Terapung Cirata oleh Presiden Joko Widodo.
Dibangun oleh PowerChina Huadong Engineering Corporation Ltd. dari Tiongkok, pembangkit listrik ini merupakan hasil kolaborasi antara PLN dan perusahaan energi Uni Emirat Arab Masdar, dengan total investasi mencapai US$ 145 juta.
Disebar di permukaan bendungan dengan lebih dari 340.000 panel surya, pembangkit listrik berkapasitas puncak 192 megawatt ini mampu menghasilkan 300 juta kilowatt-jam energi setiap tahun, melengkapi pembangkit listrik tenaga air yang sudah ada di Cirata.
Jokowi juga mendorong pemanfaatan potensi energi terbarukan untuk mendukung upaya negara dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai target nol emisi pada tahun 2060.
PLTS Terapung Cirata: Tonggak Bersejarah Menuju Kemandirian Energi Terbarukan Indonesia
Kesuksesan peresmian PLTS Terapung Cirata 192 MWp menjadi tonggak bersejarah bagi Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan. Dengan pemasangan 340.000 panel surya di lahan seluas 250 hektar, proyek ini telah menghasilkan 245 gigawatt-jam listrik per tahun, setara dengan kebutuhan 50.000 rumah tangga.
Berkat kolaborasi antara PLN dan Masdar, PLTS ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ketiga terbesar di dunia. Dibangun oleh PowerChina Huadong Engineering Corporation Ltd. dengan investasi US$ 145 juta, pembangkit listrik ini tidak hanya mendukung target pengurangan emisi karbon, tetapi juga menjadi bagian integral dari upaya Indonesia mencapai target nol emisi pada tahun 2060.