“Kami tidak tertarik dengan tren shimmer, kami selalu fokus pada penjualan abaya saja,” tambahnya.
Meskipun tidak mengikuti tren, Toko Diana tetap mampu mempertahankan penjualan yang tinggi selama bulan Ramadan. Toko ini mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp30 juta hingga Rp40 juta per hari selama bulan Ramadan.
Namun, setelah Lebaran, omzet toko ini mengalami penurunan drastis menjadi hanya sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta per hari.
Fetih, pemilik Toko Diana, mengaku tidak mengetahui penyebab pasti dari penurunan omzet tersebut. Namun, ia menduga bahwa persaingan pasar yang ketat di era digital saat ini menjadi salah satu faktor utama.
“Faktor online sangat mempengaruhi harga pasar. Mereka menjual barang dengan harga yang jauh lebih murah dari harga pasar normal,” jelasnya.
Meskipun demikian, Toko Diana tidak berencana untuk membuka toko online di masa mendatang. Fetih menjelaskan bahwa sebagai toko grosir dan produsen abaya, mereka khawatir akan kehilangan pelanggan grosir setia mereka.
“Membuka toko online dapat mengganggu pasar grosir kami dan merusak keseimbangan harga pasar,” tutupnya.
Kesan Positif Tren Baju Shimmer bagi Pedagang Pasar Tanah Abang Selama Lebaran
Dengan berkembangnya e-commerce, pedagang tradisional dihadapkan pada tantangan baru, di mana persaingan harga menjadi lebih ketat. Penurunan drastis dalam omzet setelah periode Lebaran menunjukkan betapa pentingnya strategi diversifikasi dan adaptasi terhadap teknologi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis.
Namun, kekhawatiran akan dampak negatif dari penjualan online terhadap pasar grosir juga menjadi pertimbangan serius bagi para pedagang, menegaskan perlunya keseimbangan antara inovasi dan pelestarian hubungan pelanggan tradisional.