Mukminin menjelaskan, jika setiap hari korban dengan anak keduanya berada di sekolah menengah kejuruan (SMK). Ini karena masih belajar melalui jaringan (online). Tetapi anggapan bunuh diri telah dicurigai keluarga mereka sejak dua minggu lalu.
“Anak pertamanya tahu bahwa dia membawa tali tamping, tidak tahu apa yang harus dibuat. Keluarga itu mencurigai, dan berusaha dicegah. Mau di sini, keluarga yang mencurigai ingin bunuh diri. Kondisi ini kembali mungkin karena tidak ada kesibukan, yang biasanya mengisi kesibukan dengan mengolah bahan sepatu untuk dikerjakan. Sekarang tidak ada, hari libur karena Corono, “katanya.
Sementara itu, kepala polisi Trowulan, Kompol Subiyanto, korban itu diduga melakukan bunuh diri dengan menabrak kereta yang lewat. “Ya, potongan-potongan korban ditemukan di persimpangan kereta api, diduga korban bunuh diri karena depresi. Kami akan melakukan identifikasi lebih lanjut,” katanya