Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, menantang data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja asing (TKA) dari China sangat besar dibandingkan dengan nilai investasinya di Indonesia.
Luhut, yang baru saja kembali bekerja setelah sakit, meminta peneliti tersebut untuk menunjukkan data yang mendukung klaim tersebut kepadanya.
“Dapatkah BRIN memberikan data yang jelas kepada saya? Saya ingin melihat angkanya. Jangan hanya berkata-kata,” katanya dalam konferensi media pada Jumat (22/12).
Mengenai upah yang tinggi bagi TKA China, Luhut menjelaskan bahwa investasi padat modal berbeda dengan investasi yang mempekerjakan banyak orang. Ada kemungkinan bahwa gaji yang lebih tinggi diberikan saat perusahaan membawa pekerja dari luar negeri untuk bekerja di Indonesia.
“Tiongkok memiliki perusahaan-perusahaan yang sangat efisien. Mereka mungkin membayar gaji yang lebih tinggi saat mereka membawa tenaga kerja dari luar,” katanya dengan tegas.
Luhut meragukan klaim bahwa ada banyak TKA China yang datang ke Indonesia, mengingat kecepatan dan efisiensi perusahaan-perusahaan di sana.
“Dalam beberapa bidang, kita akui bahwa mereka bekerja dengan lebih efisien dan cepat. Jadi saya tidak yakin bahwa China akan membawa banyak pekerjanya ke sini. Mungkin hal itu terjadi dalam bidang konstruksi yang membutuhkan kecepatan. Jadi, harap berikan data yang jelas kepada saya,” tambahnya.
Peneliti dari Pusat Riset Kependudukan BRIN, Triyono, melakukan penelitian tentang investasi China dan hubungan industrial di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah.
Triyono melaporkan bahwa investasi China tidak sebanding dengan jumlah TKA yang dibawa dari negara tersebut. Data mengenai pekerja asing itu diambil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Ketenagakerjaan.